Showing posts with label 2019 at 01:16AM. Show all posts
Showing posts with label 2019 at 01:16AM. Show all posts

Tuesday, January 15, 2019

Makna Sakral di Balik Lirik Lagu 'Jogja Istimewa'

Tak ayal, Kill the DJ geram bukan main. Kekesalannya terlihat dalam unggahan-unggahan di Twitter dan Instagram. Bahkan ia serius membawa kasus tersebut ke ranah hukum dengan melapor ke Polda DIY.


Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa lagu itu terbilang sakral bagi masyarakat Yogyakarta. Memang bukan lagu daerah atau lagu nasional, tetapi Jogja Istimewa jadi punya nilai sejarah karena lahir sebagai reaksi kekesalan publik lantaran RUU Keistimewaan Yogyakarta tak kunjung selesai.

Warga Yogyakarta semakin emosi ketika presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan dalam negara Indonesia yang menganut demokrasi tidak boleh ada sistem monarki. Alhasil publik pun sepakat mewacanakan referendum.

Mengutip blog Kill the DJ, Kill the Blog, seiring waktu berjalan Jogja Istimewa menjelma jadi lagu rakyat. Mulai dari rumah di desa atau tengah kota, juga radio-radio lokal memutar lagu itu sebagai mars penyemangat perjuangan.


"Kami Ki Jarot (Kill the DJ, Jahanam, Rotra) yang tergabung dalam Jogja Hip Hop Foundation, merasa sangat berbangga dan haru lagu tersebut telah bisa menjadi lagu rakyat Yogyakarta. Namun sesungguhnya sedikit yang tahu, bagaimana lagu tersebut tercipta, terutama dari mana liriknya bersumber," kata Kill the DJ.

Menengok ke belakang, Kill the DJ terinspirasi menulis lagu itu setelah membaca tiga buku bertajuk Tahta Untuk Rakyat, Kraton Yogyakarta; Sejarah, Nasionalisme, dan Teladan Perjuangan dan Perubahan Sosial di Yogyakarta. Buku Tahta Untuk Rakyat paling berkesan baginya karena mengungkap kepribadian Sultan Hamengkubuwana (HB) IX.

Jogja Istimewa adalah lagu bergenre hip hop dengan sentuhan tradisional. Suara gamelan terdengar cukup dominan dari awal sampai akhir lagu. Terlebih dalam lagu ini terdapat bahasa dan falsafah Jawa.

Di awal lagu terdapat lirik 'holopis kuntul baris' yang diambil dari falsafah tradisional Jawa. Frasa itu dapat diartikan sebagai ajakan untuk bekerja bersama-sama. Cocok dikumandangkan saat sama-sama melakukan perjuangan.


Lirik selanjutnya adalah 'Jogja! Jogja! Tetap istimewa. Istimewa negrinya, istimewa orangnya. Jogja! Jogja! Tetap Istimewa. Jogja istimewa untuk Indonesia'. Lirik ini diambil dari ucapan presiden pertama Indonesia Soekarno yang mengapresiasi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan masyarakat Yogyakarta atas kontribusi terhadap kemerdekaan Indonesia.

Berikutnya, lirik yang berbunyi 'Rungokna iki gatra saka Ngayogyakarta. Nagari paling penak rasane koyo swarga. Ora peduli donya dadi neraka. Neng kene tansah edi peni lan merdika'. Lirik ini ditulis sendiri oleh Kill the DJ yang berarti Yogyakarta adalah negeri paling nyaman seperti surga yang selalu merdeka.

Dilanjutkan dengan lirik yang diambil dari semangat takhta Sultan HB IX, kemudian ditambah oleh anaknya, HB X. Lirik tersebut berbunyi 'Tanah lahirkan Tahta, Tahta untuk Rakyat. Di mana Rajanya bercermin di kalbu rakyat. Demikianlah singgasana bermartabat. Berdiri kokoh 'tuk mengayomi rakyat'.

Setelah itu lirik berbunyi 'Memayu hayuning bawana' yang merupakan visi Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Frasa ini dapat diartikan sebagai membuat bumi menjadi indah. Lirik tersebut disambung dengan lirik yang merujuk pada pernyataan Soekarno di atas.


Lirik berikutnya berbunyi:

Tambur wis ditabuh suling wis muni
Holopis kuntul baris ayo dadi siji
Bareng para prajurit lan senopati
Mukti utawa mati manunggal kawula Gusti

"Saya tulis sendiri, namun terpengaruh oleh teks-teks macapat tradisional Kraton. Artinya seperti ini; 'Tambur telah ditabuh, seruling sudah berbunyi, bersatu padu menjadi satu, bersama prajurit dan senopati, mulia atau mati rakyat dan raja adalah satu'," tulis Kill the DJ.

Disambung lirik demikian:

Menyerang tanpa pasukan
Menang tanpa merendahkan
Kesaktian tanpa ajian
Kekayaan tanpa kemewahan


"Teks aslinya seperti ini 'Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sugih tanpa raja brana, sekti tanpa aji' ditulis oleh RM Sosrokartono menggambarkan pribadi Sultan HB IX," lanjut Kill the DJ.

Lirik berikutnya berbunyi 'Tradisi hidup di tengah modernisasi. Rakyate jajah deso milang kori. Nyebarake seni lan budi pekerti'. Bagian tersebut ditulis sendiri oleh Kill The DJ dengan mengambil mengambil pepatah Jawa 'Jajah desa milangkori' yang artinya berkelana ke mana-mana.

Selain lirik di atas, masih ada ada lirik lain yang ia tulis sendiri dan ada yang diambil dari puisi WS Rendra serta slogan pendidikan karya Bapak Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara. Akan lebih terasa kesakralan lagu ini bila didengar sembari menyaksikan videonya.

"Dengan lirik semacam ini, saya hanya mencoba mengaktualisasikan sejarah, mengingatkan siapapun yang mendengar, sebagai pembela sekaligus kritik bagi warga Jogja, termasuk mengingatkan semangat dan nilai-nilai yang telah ditanamkan Keraton pada masa perjuangan kemerdekaan," ucap Kill the DJ.


Pada 2013 Kill the DJ kembali menjelaskan arti lagu itu lewat tulisan di blog yang bertajuk Pisau Bertama Dua: Refleksi Tiga Tahun Lagu Jogja. Ia mengaku pernah menjelaskan maksud pisau bermata dua dari lagu tersebut.

"Bisa menjadi dukungan atas perjuangan Yogyakarta, tapi sekaligus bisa menjadi pengingat atau kritik bagi seluruh warga, pamong praja, para pemimpin dan penguasa di Yogyakarta, jika dalam mengemban amanatnya tidak sesuai dengan nilai-nilai dan kearifan dalam lagu tersebut," ujarnya.

Secara keseluruhan, bisa dilihat bagaimana sakralnya Jogja Istimewa bagi Kill the DJ dan seluruh masyarakat Yogyakarta. Terlebih lagu itu mengandung kutipan-kutipan para pendiri bangsa Indonesia dan falsafah Jawa. Mengganti lirik tanpa seizin pemilik hak cipta atau pencipta sudah pasti sebuah kesalahan.

Terlepas dari makna lagu Jogja Istimewa, harus diakui, banyak masyarakat Indonesia yang belum melek hak cipta dan mungkin belum tahu bahwa hak cipta diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Semoga kejadian ini menjadi pembelajaran bagi masyarakat Indonesia agar tidak sembarang mengubah lirik atau menggunakan lagu milik orang lain tanpa izin.

[Gambas:Youtube]

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2HaS9P3
January 16, 2019 at 01:16AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2HaS9P3
via IFTTT
Share:

Sunday, January 13, 2019

Polisi Buru Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Bengkulu

Jakarta, CNN Indonesia -- Kepolisian Resor Rejang Lebong, Bengkulu, masih menyelidiki kasus pembunuhan satu keluarga di Simpang Suban Air Panas, Kelurahan Talang Ulu, Kecamatan Curup Timur. Pelaku diburu.

Ibu dan dua anaknya meninggal dalam insiden yang terjadi pada Sabtu (12/1) itu.

Kapolres Rejang Lebong Ajun Komisaris Besar Jeki Rahmat Mustika mengatakan pihaknya memeriksa saksi dan mengumpulkan bukti-bukti untuk mengungkap motif pembunuhan yang menimpa janda beranak dua tersebut.

"Saat ini petugas masih melakukan penyelidikan dengan memintai keterangan sejumlah saksi dan melakukan olah tempat kejadian perkara," kata Jeki sepeti dikutip dari Antara, Minggu (13/1).

Kata dia, penyidik juga sudah menemukan mobil milik korban yang sempat hilang, yakni Suzuki APV warna emas dengan pelat BD 1702 LO, yang terparkir di halaman belakang RSUD Curup, pada Sabtu malam sekitar pukul 22.41 WIB.

Saat ditemukan, di dalam mobil tersebut beberapa tandan buah pisang serta jerigen warna putih. Kemudian juga terdapat bekas ceceran darah di bagian samping belakang kanan.

Berdasarkan hasil penyelidikan sementara, polisi menduga pedagang pisang dan keluarganya itu dihabisi oleh orang yang dikenal.

Kasus pembunuhan satu keluarga ini dialami Hasnatul Laili alias Lili (35), dan dua anaknya Melan Miranda (16) dan Cika Ramadani (10), yang tinggal di RT08, Simpang Suban Air Panas, Kelurahan Talang Ulu, Kecamatan Curup Timur.


Ketiganya ditemukan meninggal dunia pada Sabtu sore sekitar pukul 16.30 WIB. Kasus ini diketahui setelah pihak keluarga melakukan pencarian karena korban seharian tidak keluar rumah, padahal aktivitas sehari-harinya berdagang buah pisang.

(Antara/dea)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2FvZGW0
January 14, 2019 at 01:16AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2FvZGW0
via IFTTT
Share:

Saturday, January 12, 2019

Gunung Ibu di Halmahera Utara Meletus, Penduduk Masih Aman

Jakarta, CNN Indonesia -- Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara meletus hari ini, Sabtu (12/1). Erupsi melontarkan abu vulkanik ke udara setinggi 800 meter dari puncak kawah.

Berdasarkan Pos Pengamatan Gunung Ibu Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, letusan Gunung Ibu terjadi pada pukul 17.12 WIT. Abu vulkanik itu tertiup angin dan mengarah ke selatan.

"Status tetap Waspada (level 2). Rekomendasi masyarakat dan pendaki tidak boleh melakukan aktivitas di dalam radius 2 kilometer," tulis Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho melalui keterangan tertulis.

Sutopo menyatakan perluasan sektoral berjarak 3,5 kilometer ke arah bukaan kawah aktif Gunung Ibudi bagian utara.

Sutopo meminta masyarakat tetap tenanga dan belum perlu mengungsi karena berada di luar zona berbahaya. Sebab menurut dia warga setempat sudah awas dan memaklumi karena hampir setiap hari terjadi letusan Gunung Ibu.

"Sejak tiga bulan terakhir Gunung Ibu hampir setiap hari meletus. Bahkan pada 10 Januari, Gunung Ibu meletus 80 kali kejadian, guguran 18 kali kejadian dan hembusan 64 kali kejadian," lanjut Sutopo.

Meski demikian, Sutopo tetap meminta warga waspada karena letusan bisa terjadi setiap saat. Dia mengimbau supaya masyarakat tetap berada di zona aman.

Di sisi lain, Sutopo menyampaikan frekuensi letusan Gunung Anak Krakatau terus menurun. Pada hari ini antara pukul 06.00 WIB sampai 12.00 WIB, terjadi 4 kali letusan.

"Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 50-100 meter dari puncak kawah," tulis Sutopo. (ayp)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2FlRTuJ
January 13, 2019 at 01:16AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2FlRTuJ
via IFTTT
Share: