Showing posts with label 2019 at 06:12PM. Show all posts
Showing posts with label 2019 at 06:12PM. Show all posts

Friday, January 11, 2019

Solskjaer Biasa Manjakan Para Staf Klub Termasuk di MU

Jakarta, CNN Indonesia -- Sekretaris klub Molde, Heidi Rindaroy, mengungkapkan mantan pelatih mereka, Ole Gunnar Solksjaer, biasa memanjakan para staf klub mereka.

Begitu pula saat Solksjaer kini menangani Manchester United, kebiasaan baiknya itu tetap dilakukan seperti saat ia melatih klub asal Norwegia tersebut.

"Saya pernah dengan Ole [Solskjaer] kami pernah memanjakan Kath, resepsionis Manchester United di [pusat pelatihan] Carrington dengan cokelat dari Norwegia. Kalau begitu, saya akan memasukkan daftar permintaan kepadanya untuk roti Inggris."

"Begitulah Ole. Dia memperlakukan kami setara. Dia membawakan kami [minuman] anggur merah terbaik sebagai hadiah Natal," ucap Rindaroy.

Kehadiran Solskjaer dan keramahannya kerap menjadi pembahasan sejak ia bergabung nyaris sebulan lalu. Di Norwegia yang merupakan negara kelahirannya, 'The Baby Assassin' juga begitu dipuji.

Fan cilik Manchester United menyambut antusias kedatangan Ole Gunnar Solskjaer ke Manchester United. (Fan cilik Manchester United menyambut antusias kedatangan Ole Gunnar Solskjaer ke Manchester United. (Foto: REUTERS/David Klein)
"Di Norwegia ada Paus [Fransiskus], kemudian ada Ole [Solskjaer]. Dia adalah tokoh olahraga kami yang sangat terkenal," terang mantan manajer timnas Norwegia, Age Hareide. Meski hanya enam bulan menangani Manchester United, Solskjaer disebut sangat senang menangani klub yang pernah ia belanya itu. Kebanggaannya itu pula yang disampaikannya kepada mantan pelatihnya saat masih bermain di Clausnengen, Ole Olsen.

"Dia sangat menyukai pekerjaannya sekarang. Setelah [Man United] melawan Huddersfield dan mengatakan: 'Saya telah kembali ke rumah,'" ujar Olsen meniru ucapannya Solskjaer..

Solskjaer sebelumnya pernah menangani Cardiff City setelah melatih Molde. Namun, kariernya tidak mulus sehingga kembali ke Molde pada 2015. Kali ini ia mampu mewujudkan impian menangani Setan Merah.

"Anda memang butuh jatuh dulu untuk bangkit. Kepemilikan di Cardiff berbeda. Di United, dia bahkan tahu para staf kantin, tukang cuci, bahkan semua orang [di Man United]. Lebih mudah baginya."

"Anda tak akan pernah tahu. Sebagai pemain, ia mengambil panggung di Manchester. Dia akan melakukan hal yang sama lagi," terang Olsen. (bac/nva)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2HaihJP
January 12, 2019 at 06:12PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2HaihJP
via IFTTT
Share:

Saturday, January 5, 2019

Persaingan Teknologi dan Inovasi Luar Angkasa China-AS

Jakarta, CNN Indonesia -- Pada masa perang dingin, mata Amerika Serikat terpaku pada roket dan satelit besutan Uni Soviet. Namun, dalam beberapa tahun terakhir ini, program luar angkasa China lah yang mulai 'mengkhawatirkan' para ahli strategi AS.

Dilansir dari AFP, Tentara Pembebasan Rakyat atau tentara nasional China saat ini yang memegang 'kendali' atas roket luar angkasa yang meluncur. Jika dihitung, saat ini China meluncurkan roket jauh lebih banyak dari negara lain.

Sepanjang 2018, China meluncurkan 39 roket, sedangkan AS 31 roket, menyusul 20 roket oleh Rusia dan 8 oleh Eropa.

Puncaknya, awal 2019 ini China berhasil mendaratkan penjelajah ruang angkasa di sisi tergelap bulan, atau sisi terjauh yang pernah dijangkau oleh manusia bumi. Penjelajahan ini menjadi yang pertama dilakukan di dunia.

Rencananya, China akan membangun stasiun ruang angkasa yang bisa mengorbit satu dekade mendatang. Rencana jangka panjang, mereka berharap dapat menempatkan 'taikonaut' di bulan untuk melakukan moonwalk pertama sejak 1972.

China memang tercatat menghabiskan lebih banyak untuk program luar angkasa sipil dan militer jika dibandingkan Rusia dan Jepang. Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan memperkirakan anggaran China pada 2017 sekitar US$8,4 miliar.

Analis konsultan Bryce Space and Technology, Phil Smith mengungkapkan jumlah tersebut sebenarnya jauh lebih sedikit dari anggaran AS untuk program luar angkasa militer dan sipilnya sekitar US$48 miliar.

Namun, lebih dari dua kali lipat anggaran sipil Rusia, yang telah dipotong menjadi US$3 miliar.

Mengatasi kelambatan beberapa dekade, para pemimpin China telah secara sangat metodis mereplikasi tahapan pengembangan ruang yang dicapai oleh negara-negara besar lainnya.

Satelit pertama pada 1970, misi luar angkasa berawak pertama pada 2003, docking pertama dari pesawat ruang angkasa berawak ke modul yang mengorbit di 2012, dan aktivasi sistem navigasi satelit BeiDou, jawaban Cina untuk GPS.

"Jika mereka melanjutkan lintasan ini, mereka akan dengan cepat melampaui Rusia dalam hal kemampuan teknologi luar angkasa mereka," kata Todd Harrison, seorang pakar program ruang angkasa militer di Pusat Studi Strategis dan Internasional di Washington.

Sumber Daya Bulan

Saat ini, untuk pasar satelit komersial, China memang belum menjadi ancaman. Pasalnya, pasar komersial masih tetap didominasi oleh beberapa perusahaan AS dan Eropa seperti SpaceX serta Arianespace.

Selain itu, kemajuan China dalam eksplorasi ruang angkasa juga belum melampaui kemajuan AS. Kepala NASA memberi selamat kepada China atas pendaratannya di Chang'e-4 Moon. Namun, AS tetap tak bisa menggelar kerjasama dengan China.

Salah satu Undang-Undang AS tahun 2011 melarang kerjasama ruang angkasa dengan Beijing, meskipun kongres dapat mengangkat pembatasan itu.

Persaingan sesungguhnya ada di dua bidang yakni jangka pendek mengenai penggunaan ruang oleh militer dan jangka panjang mengenai eksploitasi sumber daya di ruang angkasa.

Penambangan mineral atau air di Bulan atau di asteroid, terutama untuk menghasilkan bahan bakar untuk roket, masih jauh, tetapi para start-up Amerika sudah bekerja di sana.

Tidak seperti Perang Dingin, penaklukan ruang yang baru berlangsung sebagian besar dalam kekosongan hukum.

Pada 1960-an dan 1970-an, Washington dan Moskow menegosiasikan beberapa perjanjian tentang ruang, terutama untuk menjamin kerja sama ilmiah dan untuk melarang senjata pemusnah massal di ruang angkasa.

"Perjanjian terlalu samar untuk benar-benar yakin apa hasil hukum untuk sesuatu seperti penambangan luar angkasa," kata Frans von der Dunk, seorang profesor hukum ruang angkasa di Universitas Nebraska-Lincoln. (age)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2C2A4Nb
January 06, 2019 at 06:12PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2C2A4Nb
via IFTTT
Share: