Showing posts with label 2019 at 11:51PM. Show all posts
Showing posts with label 2019 at 11:51PM. Show all posts

Tuesday, January 15, 2019

Rupiah Tak Jeblok, Meski Neraca Perdagangan Anjlok

Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.090 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (15/1). Posisi ini menguat 34 poin atau 0,24 persen dari Senin (14/1) di Rp14.124 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (Jisdor BI) menempatkan rupiah di posisi Rp14.084 per dolar AS atau melemah dibanding kemarin, yakni Rp14.052 per dolar AS.

Bersama rupiah, sejumlah mata uang di kawasan Asia turut menguat. Peso Filipina menguat 0,33 persen, won Korea Selatan 0,22 persen, renminbi China 0,14 persen, baht Thailand 0,06 persen, dan dolar Singapura 0,01 persen.


Sementara beberapa mata uang lainnya bersandar di zona merah. Yen Jepang melemah 0,39 persen, rupee India minus 0,24 persen, ringgit Malaysia minus 0,09 persen, dan dolar Hong Kong minus 0,01 persen.

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju. Dolar Kanada dan dolar Australia menguat dari dolar AS, masing-masing 0,06 persen dan 0,04 persen.
Namun, beberapa di antaranya melemah dari mata uang Negeri Paman Sam, seperti franc Swiss melemah 0,38 persen, euro Eropa minus 0,36 persen, rubel Rusia minus 0,16 persen, dan poundsterling Inggris minus 0,03 persen.

Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan pergerakan rupiah seharusnya terkoreksi menyusul buruknya rilis neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), defisit neraca perdagangan mencapai US$8,57 miliar pada 2018. Angka ini berbanding terbalik dari 2017 yang mencatatkan surplus US$11,84 miliar dan menjadi torehan terburuk neraca perdagangan sejak Indonesia berdiri.

"Kondisi ini tampaknya sedikit mendorong keraguan pelaku pasar terhadap kondisi neraca berjalan Indonesia. Namun, di tengah sentimen negatif domestik, tampaknya rupiah mendapatkan sokongan darr eksternal," ujar Andri kepada CNNIndonesia.com, Selasa (15/1).

Menurut Andri, sentimen positif dari eksternal berasal dari pernyataan salah satu pejabat bank sentral AS, The Federal Reserve yang kembali memberi sinyal tidak agresif (dovish) pada kenaikan tingkat suku bunga acuan.


"Selain itu rencana kebijakan stimulus lanjutan dari China juga ikut menjadi katalis positif untuk rupiah hari ini. Ditambah lagi, harga minyak terkoreksi, sehingga direspons positif oleh pasar," jelasnya.

Sementara, sampai akhir pekan, Andri melihat pergerakan rupiah berpotensi stabil karena pasar memperkirakan Bank Indonesia (BI) bakal tetap mempertahankan tingkat suku bunga acuannya sebesar 6 persen.

"Ini kondisi yang diharapkan bisa tetap menjaga iklim positif bagi rupiah," tandasnya.

(uli/bir)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2DbmtFa
January 15, 2019 at 11:51PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2DbmtFa
via IFTTT
Share:

Sunday, January 13, 2019

'Final Destination' 6 Digarap Oleh Penulis 'Saw'

Jakarta, CNN Indonesia -- Film-film yang memacu adrenalin tampaknya masih akan terus menginvasi sepanjang 2019 ini, bahkan juga karya veteran semacam Final Destination.

New Line yang telah memiliki hak atas Final Destination, mencoba membangkitkan kembali film yang telah terbengkalai sejak 2011 itu. Kini, disebutkan bahwa penulis skenario Patrick Melton dan Marcus Dunstan yang pernah bekerja bersama untuk 'Saw' sedang mengerjakan sekuel keenam.


Kelima film sebelumnya, yang tayang sejak Maret 2000 sampai 2011, berhasil mengumpulkan $700 juta atau setara Rp9,9 triliun.

Tidak seperti film-film antagonis-protagonis lainnya, dalam Final Destination yang menjadi si jahat adalah Kematian itu sendiri. Kematian mengejar, memburu dan memastikan orang yang dituju sampai di akhir hidupnya. Si tokoh utama film pun harus berusaha sedaya upaya menyelamatkan hidup, meskipun banyak gagalnya.

Belakangan ini, New Line banyak meraup pundi dari film berbiaya rendah, termasuk It karya Stephen King yang memperoleh $700 juta atau setara Rp9,9 triliun di seluruh dunia, serta semesta Conjuring yang mengumpulkan $1,6 miliar atau setara Rp22 triliun.


Duet Melton dan Dunstan tercatat menulis Saw keempat, lima, enam dan tujuh untuk Lionsgate. Selain itu, mereka juga terlibat dalam Scary Stories to Tell in the Dark milik CBS Films, The Reckoning di Paramount dan sebuah film horor Natal milik Sony yang belum diketahui judulnya.

Final Destination 5 keluar pada tahun 2011, disutradarai oleh Steven Quale. Ia mejadi salah satu yang tersukses dari rangkaian ketegangan Final Destination. (rea)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2AIsO9j
January 13, 2019 at 11:51PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2AIsO9j
via IFTTT
Share:

Friday, January 11, 2019

Trik Produsen Ponsel China Memecah Merek Produsen

Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat gadget, Herry SW, menceritakan pemisahan submerek dari merek induk sudah terjadi sejak lama saat ZTE memisahkan merek Nubia pada 2012. Namun belakangan ini beberapa produsen ponsel China mengikuti jejaknya sehingga menyedot lebih banyak perhatian.

Menurutnya, Nubia dulu digunakan ZTE untuk menyasar pecinta fotografi sementara Pocophone diposisikan sebagai ponsel premium dengan harga murah karena dibuat dari polikarbonat, bukan logam atau kaca. Fitur NFC pun ikut dipangkas.

Baru-baru ini, Xiaomi memisahkan Redmi menjadi sub merek mandiri. CEO Xiaomi Lei Jun mengungkap bahwa dia ingin perusahaannya punya sub merek agar Redmi bisa ekspansi lebih jauh di global. Sementara, Redmi akan menyasar pasar e-commerce dan entry level.

Sebelum memisahkan Redmi, Xiaomi sudah terlebih dulu membuat submerek Pocophone yang digarap sebagai ponsel berperforma tinggi dengan harga terjangkau.

Langkah serupa dilakukan juga oleh Oppo dengan memisahkan merek Realmi dari induknya. Kedua produsen ponsel ini mengikuti jejak Huawei yang sudah terlebih dulu memisahkan merek Honor.

Gaet segmen tertentu

Menurut Herry, langkah itu ditempuh untuk mendapatkan takhta sebagai ponsel dominan di suatu wilayah dengan dua cara, yang pertama adalah untuk membidik segmen tertentu dan untuk "berperang" dengan rivalnya.

Hal senada diungkap Rizky Febrian, Associate Market Analyst, Client Devices, IDC Indonesia. Menurutnya, strategi ini dilakukan untuk menyasar target market tertentu yang tidak bisa dicapai oleh target perusahaan induk.

"Sehingga mereka membuat suatu brand yang berbeda dari sisi image-nya (pencitraan) agar bisa menyasar market tertentu itu," paparnya saat dihubungi secara terpisah oleh CNNIndonesia.com pada Kamis (10/1).

"Dampaknya tentu ditujukan untuk memperluas pangsa pasar. Namun pada akhirnya kesuksesan brand baru itu akan ditentukan oleh ada atau tidaknya support (dukungan), baik itu dari sisi pemasaran, distribusi, hingga finansial, dari brand induknya," lanjutnya.

Meski telah melakukan pemisahan merek, namun menurut Risky strategi ini tampaknya belum memberikan dampak signifikan terhadap angka penetrasi Huawei dan Honor di Indonesia. Data IDC menunjukkan kalau pangsa pasar Huawei di Indonesia tak mencapai 5 persen pada kuartal ketiga 2018.

"Kalau dibandingkan, Oppo sendiri kan sejauh ini masih berada di Top 5 smartphone brand (merek ponsel cerdas) di Indonesia, sedangkan Honor masih belum bisa meningkatkan penetrasinya di market (pasar)," ujarnya.

Data IDC pada kuartal ketiga 2018 mencatat bahwa Samsung masih merajai pasar ponsel pintar di Indonesia dengan angka 28 persen. Xiaomi menyusul dengan capaian 24 persen, Oppo (19 persen), Vivo (11 persen) dan Advan (5 persen).

Xiaomi akan mengusung nama Mi untuk ponsel premiumnya, Redmi untuk ponsel terjangkau, dan Pocophone untuk ponsel dengan performa tinggi (CNN Indonesia/Kustin Ayuwuragil)

Perangi rival

Alasan kedua, menurut Herry, submerek dibuat untuk "berperang" dengan merek rival. Ia mencontohkan Realme, yang dibuat untuk berperang dengan ponsel-ponsel Xiaomi dan Samsung.

"Kalau dilihat Realme diposisikan sebagai "pasukan tempur" untuk menyerang segmen berharga jual terjangkau, yang selama ini banyak digarap oleh Xiaomi dan Samsung seri J," papar Herry.

Herry melihat bahwa spesifikasi Redmi sebenarnya tak beda jauh dari Oppo. Namun, harga yang ditawarkan jauh lebih terjangkau.

"Yang seru, ternyata Xiaomi merespons dengan menyapih Redmi menjadi submerek. Pertempuran akan seru," lanjutnya.

Tanpa submerek, kata Herry, perusahaan ponsel besar sebenarnya masih bisa berperang. Namun jika tak berhasil, citra mereknya akan menjadi taruhan sehingga akan lebih aman untuk membuat submerek baru.

"Kalau ternyata sampai kurang berhasil, dikhawatirkan akan merusak citra merek secara keseluruhan. Adanya produk "perang" juga berpotensi mengurangi gengsi merek," kata dia.

Oppo membuat strategi memecah Realme untuk berperang dengan Xiaomi dan Samsung di segmen pasar ponsel yang lebih murah (CNN Indonesia/Safir Makki)

Pekerjaan berat

Kendati demikian, memasuki pasar Indonesia sendiri bukan pekerjaan mudah terutama bagi merek baru. Merek membuat strategi yang bergantung pada citra merek induknya.

Hubungan Nubia dan ZTE, kata Herry, sengaja tak diperlihatkan karena di pasar Indonesia, ZTE identik dengan ponsel China yang kurang bagus.

Tapi Realme dan Oppo yang punya citra bagus bisa memulai dengan lebih mudah dengan menyampaikan bahwa mereka punya hubungan dengan induk perusahaan mereka.

"Sebelumnya, merek Luna juga begitu. Yang ditonjolkan merek Korea dan Foxconn-nya. Keterkaitannya dengan Evercoss tidak diungkap," jelas pria asal Surabaya ini.

Sementara itu, meski Rizky menyebut belum ada merek global lain yang akan mengikuti langkah merek-merek China ini, Herry melihat tren ini belum akan berhenti. Namun, bukan juga berarti akan ada merek-merek pecahan baru untuk "berperang" di pasar ponsel pintar.

"Samsung, contohnya, diduga akan memilih cara lain. Misalnya, mengeluarkan seri baru yang memang disiapkan untuk berperang," kata dia.

Samsung merupakan salah satu merek yang memiliki cakupan segmen terluas hanya dengan satu nama seri yakni Galaxy. Namun seri Galaxy dipecah-pecah seperti Seri J, A, C, S, dan Note. Hal ini berbeda misalnya dengan Xiaomi yang memiliki Redmi dan Mi. (eks)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2CiCAPp
January 11, 2019 at 11:51PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2CiCAPp
via IFTTT
Share:

Monday, January 7, 2019

Rupiah Sentuh Rp14.082 per Dolar AS, Paling Kuat di Asia

Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.082 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan pasar spot pada Senin sore (7/1). Posisi ini menguat 188 poin atau 1,31 persen dari akhir pekan lalu, Jumat (4/1) di Rp14.270 per dolar AS.

Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.105 per dolar AS atau menguat dari akhir pekan lalu di Rp14.350 per dolar AS.

Penguatan rupiah masih menjadi yang tertinggi di kawasan Asia. Diikuti ringgit Malaysia yang menguat 0,54 persen, won Korea Selatan 0,51 persen, renminbi China 0,28 persen, yen Jepang 0,27 persen, dolar Singapura 0,17 persen, dan peso Filipina 0,03 persen.

Namun, rupee India tertahan di zona merah dengan melemah 0,12 persen bersama dolar Hong Kong minus 0,02 persen dan baht Thailand minus 0,01 persen.


Begitu pula dengan mata uang utama negara maju, seluruhnya kompak menguat dari dolar AS. Franc Swiss menguat 0,46 persen, euro Eropa 0,41 persen, dolar Australia 0,34 persen, rubel Rusia 0,21 persen, poundsterling Inggris 0,11 persne dan dolar Kanada 0,1 persen.

Analis Asia Tradepoint Futures Andri Hardianto mengatakan pergerakan rupiah hari ini masih dipengaruhi oleh sentimen dari bank sentral AS, The Federal Reserve yang tidak cukup agresif (dovish) dalam menjalankan kebijakan pada tahun depan.

"Ada sentimen tertekannya dolar AS pasca-dovishnya pidato Gubernur The Fed Jerome Powell. Kondisi ini berdampak pada turunnya kepercayaan terhadap dolar AS dan naik pamornya aset berisiko, termasuk rupiah," ujar Andri kepada CNNIndonesia.com, Senin (7/1).

Selain itu, rupiah juga mendapat sentimen dari kawasan regional berupa penguatan renminbi China yang turut menjadi salah satu katalis bagi mata uang Asia.


Mata uang Negeri Tirai Bambu berhasil menguat usai bank sentral China memangkas rasio kecukupan modal perbankan sebesar 1 persen dengan harapan dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi.

"Tingkat bunga yang relatif tinggi membuat rupiah menjadi jauh lebih menarik untuk saat ini di tengah kenaikan pamor aset berisiko berupa mata uang emerging market lain," jelasnya.

Sedangkan dari sisi domestik, mata uang Garuda turu mendapat sentimen dari data fundamental ekonomi yang relatif terjaga. Misalnya, inflasi di angka 3,13 persen dan industri manufaktur tumbuh ke angka 51,2 persen dari 50,4 persen.

"Hal ini direspon cukup positif oleh pelaku pasar, seiring dengan masih tertahannya harga minyak dunia di bawah US$50 per barel juga menjadi katalis positif untuk rupiah," katanya. (agi)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2Riz5mM
January 07, 2019 at 11:51PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2Riz5mM
via IFTTT
Share: