UNESCO sebagai organisasi PBB yang mengurusi soal pendidikan, keilmuan dan kebudayaan dunia menyatakan bahwa musik reggae merupakan warisan kultur tanpa wujud, sehingga dianggap layak untuk dijaga dan dipromosikan bersama tradisi lain dari belahan benua lain.
"Hari ini hari bersejarah. Kami sangat, sangat gembira," kata Menteri Kebudayaan Jamaika, Olivia Grange terkait berita tersebut.
"Ke manapun kau pergi dan memberitahu seseorang kau berasal dari Jamaika, mereka berkata, 'Bob Marley'," lanjutnya.
Grange menjelaskan, musik reggae menegaskan pentingnya kultur Jamaika, yang mengusung pesan 'one love', kebersamaan dan perdamaian.
UNESCO menyatakan bahwa di awal mula, reggae merupakan suara dari kaum marjinal. Namun kini, musik tersebut dimainkan dan telah berkembang menjadi suara masyarakat, tanpa memandang perbedaan gender, etnis dan agama.
"Musik reggae telah berkontribusi secara internasional, mewakili isu-isu tentang ketidakadilan, perlawanan, cinta dan kemanausiaan. Secara umum, reggae menjadi bentuk perayaan dinamis, baik dari sudut sosial, politik, dan spiritual," ujar UNESCO, dilansir dari AFP.
Foto: Wikimedia Commons/Avda
Bob Marley diabadikan dalam bentuk patung di Kingston, Jamaika. |
Reggae lahir di akhir 60an, merupakan perkembangan dari musik ska dan rocksteady. Dengan sentuhan jazz dan blues, musik ini berkembang sangat pesat di Amerika dan Inggris, bahkan melahirkan banyak sub-genre lain.
Bob Marley sebagai ikon reggae, tak dapat dipungkiri pada akhirnya menjadi agen pengubah kultur pop dunia. Meskipun begitu, band ska-reggae veteran Toots and the Maytals dianggap menjadi yang pertama melahirkan istilah 'reggae' itu sendiri dengan lagu 'Do the Reggay'. (rea)
https://ift.tt/2E5YJDX
November 30, 2018 at 09:29PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2E5YJDX
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment