Minzy mengawali cerita bahwa ia pertama kali direkrut YG Entertainment setelah sejumlah videonya menari menjadi viral.
Semula, agensi ingin membentuknya sebagai artis solo tapi kemudian memutuskannya untuk bergabung sebagai anggota terakhir 2NE1.Dia pun kemudian bercerita bahwa memulai debut di usia 15 tahun sempat mempengaruhi kemampuannya bersosial.
"Saya tidak tahu bagaimana untuk memiliki hubungan dengan orang-orang. Sejak saya masih sangat muda, saya berada di lingkungan yang amat terkontrol," kata Minzy kepada Billboard.
"Saya tidak pernah belajar bagaimana bergaul. Saya benar-benar tidak memiliki masa kecil yang normal, saya tak pernah bermain dengan bocah lain. Saya hanya latihan dan semua orang lebih tua dariku," lanjutnya.
Minzy turut menjelaskan meskipun mereka sukses setelah debut, tapi komentar netizen Korea tentang penampilan grup tersebut telah mempengaruhi kesehatan mentalnya.
Minzy mengenang bahwa ia dan kelompoknya kerap disebut "kelompok yang buruk". Dan kala itu, dirinya hanya bisa menahannya lantaran tak mengerti cara yang tepat menghadapi cercaan dari publik yang sering menghakimi tanpa alasan.
Ia mengaku bahwa kala itu dia berusaha menganggap hinaan itu bukan masalah besar dan mencoba melupakannya. "Tetapi kau tidak bisa melupakannya begitu saja, itu sulit," kata Minzy.
Dia kemudian mengungkapkan bahwa titik terendah dalam hidupnya yakni saat berusia 16 dan 17 tahun, periode ketika 2NE1 mempromosikan "Can't Nobody," "I Am the Best," dan "Ugly."
Minzy mengakui ia merasa kurang dapat dukungan. Di sisi lain, tekanan menjadi selebritas membuatnya depresi dan sempat membuatnya berpikir untuk mengakhiri hidupnya.
Segala hal yang berkecamuk dalam pikirannya itu membuat wanita yang kini berusia 24 tahun tersebut kebingungan akan tujuan serta arah hidupnya.
"Saya akan naik ke panggung dan semua orang sangat mendukung, mereka akan mencintai saya. Kemudian ketika panggung selesai, saya akan berada di hotel dengan perasaan hampa. Hidup terasa seperti hanya sebuah panggung," kata Minzy.
"Saya tidak tahu apa hidup saya, Saya tidak yakin apakah hidup lebih baik sebagai pemain atau jika hidup akan lebih baik sendirian. Itu sangat kontras, tapi saya tidak pernah punya waktu untuk memikirkan bagaimana menyeimbangkan keduanya berada di panggung dan sendirian," lanjutnya.
Penderitaan pemilik nama asli Gong Min Ji itu menghadapi beban mental semakin memburuk lantaran Korea Selatan belum terbuka terhadap penderita kesehatan mental sehingga membuat penyintas seperti dirinya sulit mendapat bantuan.
Berungtung bagi Minzy. Dirinya mendapatkan sosok yang memberikan dukungan moril kepadanya, produser YG Entertainment, Teddy.
Minzy mengisahkan, Teddy menyadari rasa depresi yang ia rasakan ketika menjadi anggota 2NE1 termuda. Namun nasihat Teddy kepada Minzy yang memintanya untuk tetap percaya kepada Tuhan dan yakin mampu melewati masalah tersebut menguatkan mentalnya.
"Saya benar-benar berterima kasih atas Teddy dan melihatnya sebagai orang baik dalam hidup saya untuk mengingatkan saya untuk tetap bertahan bahkan ketika depresi sedang dalam kondisi terburuknya," ungkapnya.
Namun perjuangannya tak berhenti sampai di sana. Ia mengaku setelah itu masih butuh kekuatan untuk melawan depresi dan mengelola perasannya sendiri.
Hingga kemudian Minzy mengaku, kala dirinya berusia 17 dan 18 tahun, dirinya "bertemu Tuhan". Ia menemukan kelompok yang memiliki keyakinan yang sama dengannya dan memberikan dorongan serupa dalam hidupnya.
"Itu adalah perubahan besar dalam hidupku. Orang-orang dengan iman yang sama dan dorongan yang sama datang ke dalam hidup saya dan mampu berbicara dengan sangat berani ke dalam hidup saya," kata Minzy.
"Itu tidak seperti 'Oh, kau harus menjadi lebih baik.' Tetapi seperti, 'Kami memahami bahwa itu adalah perjuangan. Tidak apa-apa untuk berjuang dan tidak apa-apa untuk merasa tidak enak, tetapi mari kita pikirkan, menghadapinya dan memiliki keyakinan,' Saya berpegang pada itu," lanjutnya.
Terlepas dari pergelutan batinnya itu, dia telah menganggap kebersamaan dengan sesama anggota 2NE1 seperti keluarga sendiri. Dan kala meninggalkannya, ia merasa itu merupakan hal yang ia perjuangkan untuk dirinya serta masa depannya sendiri.
"Saya akhirnya memilih sesuatu untuk diri saya sendiri. Saya merasakan tekanan dan [beban] [ketika pergi berkarier solo], tetapi itu adalah hal yang baik," ucapnya.
Minzy menambahkan bahwa ia ingin memasukkan sumber daya kesehatan mental dan dukungan bagi orang-orang dalam tur mendatang.
Dia berbicara tentang bagaimana dia ingin membantu orang dengan masalah yang pernah dialaminya dan bagaimana dia ingin memberi tahu orang bahwa mereka dicintai.
Di sisi lain, Minzy mengemukakan pilihannya untuk berbicara tentang penyakit mentalnya tepat setahun setelah kematian Jonghyun SHINee.
"Hal itu mengingatkan saya akan diri saya yang lama dan saya dapat memahami mengapa dia [Jonghyun] ingin pergi," kata Minzy.
"Saya ingin para idola yang masih muda dan baru mengetahui bahwa kesuksesan dalam dunia idola ini tidak lebih penting dibandingkan kalian hidup sebagai seorang manusia," lanjutnya, dikutip dari Billboard.
Masalah kesehatan mental jangan dianggap enteng. Jika Anda pernah memikirkan atau merasakan tendensi bunuh diri, mengalami krisis emosional, atau mengenal orang-orang dalam kondisi itu, Anda disarankan menghubungi pihak yang bisa membantu, misalnya saja Komunitas Save Yourselves , Yayasan Sehat Mental Indonesia melalui akun Line @konseling.online, atau Tim Pijar Psikologi (agn/end)
https://ift.tt/2SZQvRj
December 20, 2018 at 09:49PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2SZQvRj
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment