
"Ternyata abu dari jenazah Tante Dini, rencananya akan dibawa oleh salah seorang anaknya, kalau enggak Lintang atau Padang," kata keponakan Dini, Oeti Siti Adiyati, kepada CNNIndonesia.com melalui pesan singkat, Kamis (6/12).
Oeti belum tahu kapan salah satu anak Dini akan ke Semarang untuk mengambil abu kremasi yang saat ini disemayamkan di Wisma Lansia Harapan Asri. Ia menyebut peluang mereka akan datang pada Februari mendatang.
Dengan begitu, kata Oeti, tidak akan ada abu kremasi Dini yang dilarung ke Laut Semarang. Semua abu kremasi Dini akan dibawa oleh anaknya.
"Mereka mengatakan abu itu terdiri dari satu tubuh, sehingga tidak layak Kalau dipisah-pisah," kata Oeti.
Oeti melanjutkan, "Kami tidak berhak atas 'tubuh' ibu mereka. Kami serahkan kepada mereka, karena mereka yang lebih berhak terhadap orang tuanya."
Dini merupakan novelis Indonesia yang banyak melahirkan karya-karya berkualitas. Beberapa di antaranya adalah Pada Sebuah Kapal (1972), La Barka (1975) atau Namaku Hiroko (1977), Orang-orang Tran (1983), Pertemuan Dua Hati (1986), Hati yang Damai (1998), belum termasuk tulisan dalam bentuk kumpulan cerpen, novelet, atau cerita kenangan.
Dari ragam karya yang ditulisnya, Dini pun beberapa kali menerima penghargaan seperti penghargaan SEA Write Award di bidang sastra dari Pemerintah Thailand, kemudian belum lama ini ia menerima Penghargaan Sepanjang Masa atau Lifetime Achievement Award dalam malam pembukaan Ubud Writers and Readers Festival 2017.
Nh Dini meninggal dunia karena mengalami kecelakaan dalam perjalanan setelah melakukan tusuk jarum. Berdasarkan laporan khusus di CNNIndonesia.com dua tahun silam, meski pada usia 80-an Dini terbilang sehat meski harus kontrol melalui jamu-jamuan dan tusuk jarum, yakni osteoartritis dan vertigo. (adp/rea)
https://ift.tt/2UjXPJ3
December 07, 2018 at 12:07AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2UjXPJ3
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment