Saturday, December 22, 2018

PVMBG Masih Dalami Kaitan Letusan Anak Krakatau dan Tsunami

Jakarta, CNN Indonesia -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyatakan pihaknya mendalami terkait fenomena tsunami Selat Sunda yang terjadi usai letusan Gunung Anak Krakatau, Sabtu (22/12) malam.

Dalam pernyataan di laman resminya, PVMBG menjabarkan kondisi Gunung Anak Krakatau pada Sabtu (22/12). Gunung yang muncul usai ledakan dahsyat pada 1883 tersebut mengalami erupsi, seperti pada hari-hari lainnya.

"Aktivitas terkini, tanggal 22 Desember, seperti biasa hari-hari sebelumnya, Gunung Anak Krakatau terjadi letusan," tulis pernyataan PVMBG dalam laman resminya.

Letusan Gunung Anak Krakatau yang terjadi pada Sabtu (22/12) terpantau secara visual asap membumbung sekitar 300-1.500 meter di atas puncak kawah. Sacara kegempaan, gempa tremor terekam secara terus-menerus dengan amplitudo overscale atau 58 mm.


"Pada pukul 21.03 WIB terjadi letusan, selang beberapa lama ada info tsunami. Pertanyaannya apakah tsunami tersebut ada kaitannya dengan aktivitas letusan, hal ini masih didalami, karena ada beberapa alasan untuk bisa menimbulkan tsunami," tulis pernyataan PVMBG.

"Saat rekaman getaran tremor tertinggi yang selama ini terjadi sejak bulan Juni 2018, tidak menimbulkan gelombang terhadap air laut bahkan hingga tsunami," lanjut pernyataan tersebut.

Selain itu, PVMBG mengatakan sejatinya material lontaran saat letusan yang jatuh di sekitar tubuh gunung api itu masih bersifat lepas dan turun begitu letusan terjadi.

Sedangkan PVMBG menjelaskan untuk menimbulkan tsunami sebesar yang terjadi tadi malam perlu ada runtuhan yang cukup besar dan masuk ke dalam kolom air laut.


"Dan untuk merontokkan bagian tubuh yang longsor ke bagian laut, diperlukan energi yang cukup besar. [Energi] ini tidak terdeteksi oleh seismograf di pos pengamatan gunungapi," kata PVMBG.

"Masih perlu data-data untuk dikorelasikan antara letusan gunungapi dengan tsunami," lanjutnya.

PVMBG mengatakan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter sekitar 2 kilometer merupakan kawasan rawan bencana.

Selain itu, mereka menyebut potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar dalam radius 2 kilometer dari pusat erupsi. Sedangkan untuk sebaran abu vulkanik, bergantung pada arah dan kecepatan angin.


"Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 23 Desember 2018, tingkat aktivitas Gunung Anak Krakatau masih tetap Level II (Waspada)," kata PVMBG.

"Sehubungan dengan status Level II (Waspada) tersebut, direkomendasikan kepada masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer dari kawah," lanjutnya, dikutip dari pernyataan di laman resminya.

PVMBG meminta masyarakat di wilayah pesisir pantai di Provinsi Banten dan Lampung untuk tetap tenang dan jangan mempercayai isu-isu tentang erupsi Gunung Anak Krakatau yang akan menyebabkan tsunami.

Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tetap melakukan kegiatan seperti biasanya dengan selalu mengikuti arahan Badan Penanggulangan Bencana Daeraha (BPBD) setempat. (end)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2EGPARK
December 23, 2018 at 06:23PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2EGPARK
via IFTTT
Share:

Related Posts:

0 Comments:

Post a Comment