"Kalau dengan cara bertahan, elektabilitas Jokowi-Maruf akan stagnan. Ini akhirnya jadi pilihan yang negatif," kata Ray Rangkuti dalam acara diskusi di kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (21/12).
![]() |
Ray mengungkapkan dua perbedaan mendasar pola kampanye kedua kubu dalam beberapa bulan terakhir ini. Di kubu Prabowo, kata Ray, ada tiga pola yang selalu digunakan pasangan calon nomor urut 02 itu. Pola pertama yang kerap digunakan yakni berupa serangan.
"Kecil besar, logis tidak logis, masuk akal atau tidak yang penting serang," ujar Ray.
Salah satu contoh serangan yang belakangan terjadi adalah kasus Habib Bahar bin Smith yang menjadi tersangka kasus penganiayaan anak. Kubu Prabowo, kata Ray, berkukuh bahwa Bahar tak bersalah.
Kemudian pola kedua yang kerap digunakan saat kampanye adalah membuat imajinasi bahwa Prabowo pemimpin umat. Dalam berbagai kesempatan, menurut Ray, kubu Prabowo sering menyebut bahwa mantan Danjen Kopassus itu pilihan umat.
![]() |
"Sementara di kubu sebelahnya Jokowi dibilang selalu kriminalisasi ulama," katanya.
Sementara pada pola ketiga, lanjut Ray, kubu Prabowo selalu berbuat dan mengucapkan sesuatu yang kontroversial. Ia mencontohkan cara itu telah dilakukan Sandiaga sejak awal seperti menyebut tempe setipis kartu ATM, makanan di Jakarta lebih mahal dari Singapura, hingga menaruh pete di atas kepala.
"Nah yang baru-baru ini Prabowo mengatakan Indonesia punah," ujar Ray.
Ray pun menyebut, di sisi lain, kubu Jokowi lebih banyak menggunakan pola bertahan dari serangan-serangan yang dilakukan kubu penantang. Namun alih-alih mendulang suara, menurut Ray, pola tersebut justru menjadi bumerang bagi kubu Jokowi.
"Dampaknya dari hasil survei, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf justru turun," ujar dia.
Diketahui, hasil survei internal tim kampanye internal Jokowi-Ma'ruf, Bravo 5, menunjukkan elektabilitas pasangan calon nomor urut 01 itu masih kalah dari pasangan calon Prabowo-Sandiaga Uno di beberapa daerah, termasuk Banten.
![]() |
Namun demikian, Dewan Pengarah Bravo 5, Luhut meyakini elektabilitas Jokowi-Ma'ruf akan meningkat jika Ketua Umum MUI itu sudah mulai kampanye kembali ke lapangan. Menurut dia, Ma'ruf memiliki peran cukup signifikan untuk mendongkrak elektabilitas Jokowi.
"Bisa, bisa. Nanti kalau sudah turun tahu kita (berapa persen)," katanya.
Dari sejumlah pemberitaan menyebutkan bahwa Jokowi-Ma'ruf masih unggul di Pulau Jawa dengan perolehan angka 59,2 persen. Hasil ini diperoleh dari survei internal yang dilakukan tim Bravo 5, tim kampanye Jokowi-Ma'ruf yang dibentuk Luhut.
Meski unggul, namun terjadi penurunan bahkan jumlah suara yang masih kalah dari pasangan Prabowo-Sandi. Salah satunya di daerah Banten.
Sementara itu, Anggota dewan pengarah TKN, Pramono Anung, membantah isu kemerosotan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf. Pramono menegaskan tak ada perubahan signifikan dari hasil sejumlah lembaga survei terkait elektabilitas Jokowi-Ma'ruf beberapa waktu belakangan.
"Ya, saya berpegangan pada lembaga survei yang kredibel yang sudah mengumumkan ke publik. Walaupun hasil (survei internal) kami tidak berbeda jauh dengan apa yang diumumkan ke publik," ujar Pramono saat ditemui usai rapat koordinasi TKN di kediaman pribadi Jusuf Kalla, di Brawijaya, Jakarta, Senin (17/12). (pris/ain)
http://bit.ly/2POmO3L
December 22, 2018 at 12:21AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2POmO3L
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment