Studi yang dilakukan oleh Creative Artists Agency dan perusahaan teknologi Shift7 menyatakan bahwa film-film berbintang utama wanita punya performa keuntungan lebih besar di segala kelas biaya produksi.
Penelitian itu dilakukan untuk mencari tahu lebih lanjut dampak gerakan sosial Time's Up yang terjadi di Hollywood pada 2017 lalu.
"Ini bukti kuat bahwa penonton ingin melihat siapa pun terwakilkan di layar lebar," kata ketua tim peneliti yang juga produser dan mantan Kepala Sony Pictures Amy Pascal.
"Para penentu kebijakan di Hollywood harus memperhitungkan hal ini," lanjutnya, dikutip dari Variety.
Studi tersebut mengkaji 350 film dengan pendapatan tinggi yang rilis antara 2014 hingga 2017. Film-film tersebut kemudian dibagi menjadi beberapa kategori berdasarkan bujet produksinya.
Kategori-kategori tersebut adalah: di bawah US$10 juta, US$10-30 juta, US$30-50 juta, US$50-100 juta, dan lebih dari US$100 juta.
Untuk menandakan bahwa film tersebut berbintang utama wanita, sejumlah kriteria ditetapkan, yaitu sang aktris harus dicantumkan sebagai bintang utama di billing block poster film, siaran media, atau kredit akhir film tersebut.
Laporan penelitian tersebut juga mencantumkan bahwa film dengan pendapatan box office global lebih dari US$1 miliar nyatanya lolos uji Bechdel.
Uji Bechdel merupakan sebuah cara pengujian apakan sebuah film atau karya fiksi lainnya menggambarkan wanita dengan cara seksime atau terciri ada stereotipe gender.
Untuk lolos uji ini, film atau karya mestilah menampilkan setidaknya dua wanita, setelah itu kedua wanita itu mesti saling berkomunikasi dan percakapan mereka mesti terfokus selain soal pria.
"Uji Bechdel merupakan batas bawah untuk menguji, dan mengejutkan betapa banyaknya yang tidak lolos," kata salah satu produser yang terlibat dalam penelitian ini, Liza Chasin.
"Hal ini dapat dimengerti, pihak studio [hanya] berpikir soal keuntungannya. Jadi senang melihat sebuah perkembangan data yang mestinya mempermudah para eksekutif membuat keputusan yang lebih inklusif," lanjutnya.
Geena Davis dari Creative Artists Agency yang juga memiliki yayasan yang bergerak soal gender di media mengatakan temuan ini memperkuat asumsinya sejak dulu.
"Saya mulai mendata kembali sejak 2004, menyadari ada banyak bias yang tak disadari di ranah ini. Kenyataannya, melihat kaum Hawa di layar bukan hanya bagus untuk semua pihak, terutama anak-anak kita, tapi juga untuk hiburan dan bisnis," katanya.
Diberitakan Variety, berdasarkan laporan tersebut, film 'Wonder Woman' yang dibintangi Gal Gadot menjadi film yang memimpin dari semua film berbintang utama wanita, dengan capaian box office dunia sebesar US$821 juta.
[Gambas:Youtube] (end)
https://ift.tt/2Bi1myZ
December 14, 2018 at 01:57AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2Bi1myZ
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment