CNN Indonesia | Selasa, 25/12/2018 12:53 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengaku meremehkan terjadinya longsoran di Gunung Anak Krakatau yang berimbas menjadi tsunami di Lampung dan Banten. Kecolongan terjadi lantaran tidak ada alat pendeteksi tsunami, atau biasa disebut buoy, yang berada di Selat Sunda.Pakar Teknik Kelautan Laboratorium Otomasi BPPT Iyan Turyana menuturkan instansinya paham bahwa tsunami akan datang ratusan tahun mendatang kala letusan besar Gunung Anak Krakatau diperkirakan terjadi. Namun, ia tak menduga bahwa akan ada longsoran kepundan yang juga sama-sama menyebabkan gelombang besar.
"Di Selat Sunda kami terlalu meremehkan terjadinya longsoran. Beberapa artikel memang, ada beberapa geolog yang menduga longsornya tersebut. Saya sendiri sebagai yang membuat buoy tidak menerima info tersebut, sehingga kami tidak merencanakan memasang buoy di sana," kata Iyan kepada CNN Indonesia TV, Senin (24/12).
Sebelumnya, menurut Iyan, beberapa buoy sempat dipasang di Selat Sunda sebagai lokasi tes buoy generasi 1 dan generasi 2 yang diproduksi Indonesia. Hanya saja, buoy itu diambil lagi setelah tes buoy dinyatakan berhasil dan dipindahkan ke lokasi lain yang lebih rentan tsunami.
Saat itu, buoy pun tidak dipasang di antara Gunung Anak Krakatau dan pantai. Adapun, buoy sempat dipasang di zona subduksi dua lempeng tektonik di Selat Sunda bagian selatan dan mendekati pesisir barat Sumatera.
"Saat itu, kami hanya benar-benar mencoba buoy. Kami kemudian ambil lagi dan deploy di tempat lain. Dan kami tidak menyangka bahwa itu (buoy) bisa berfungsi memberikan informasi tsunami di sekitar itu," kata Iyan.
Maka dari itu, rencananya BPPT beserta Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sedang menyusun proposal untuk merevitalisasi pendeteksian tsunami di Indonesia. Salah satu isi proposalnya adalah menaruh buoy di Selat Sunda.
Di dalam proposal tersebut, pemerintah berencana menyebar buoy di tahun pertama, membangun sistem kabel di tahun kedua, membangun radar di tahun kedua dan ketiga. Dengan ini, diharapkan sistem peringatan tsunami bisa lebih akurat karena data dihasilkan dari tiga sistem berbeda.
"Buoy-nya buatan Indonesia, mungkin teknologinya mirip seperti Amerika Serikat dalam bentuk pressure gauge. Kalau di Jepang kan buoy sistem-nya menggunakan Global Positioning System (GPS)," kata dia.
(glh/dea)
http://bit.ly/2V9lY5B
December 25, 2018 at 07:53PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2V9lY5B
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment