Friday, December 7, 2018

Kemenpora: Kami Kasihan Edy Rahmayadi Kerap Dirundung

Jakarta, CNN Indonesia -- Kemenpora melalui Sesmenpora Gatot S. Dewa Broto merasa kasihan dengan Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi banyak dirundung atau bully oleh masyarakat pecinta sepak bola khususnya di dunia maya.

Belakangan ini Edy sering dibully karena tak malu-malu berkomentar nyeleneh kepada media. Salah satu risakan netizen kepada Edy adalah komentar Gubernur Sumatera Utara itu yang tidak ingin mundur dari jabatan di PSSI.

Ia bersikukuh untuk bertahan hingga 2020, sedangkan sebagian khalayak sepak bola menuntut prestasi usai Timnas Indonesia senior gagal juara di tahun ini. Gatot berharap di masa mendatang Edy Rahmayadi bisa berubah dan tidak mendapat rundungan dari netizen.

"Jangan [bully] lah, malah kami kasihan dan sayang kepada Pak Edy. Makin berkomentar aneh, semakin dirundung. Kasihan beliau lah, memang risiko pejabat punya kearifan yang tinggi, itu melekat [pada diri pejabat]," kata Gatot kepada CNNIndonesia.com melalui sambungan telepon pada Jumat (7/12).

Mundur atau tidak dari jabatan Ketua Umum PSSI, lanjut Gatot, menjadi hak Edy Rahmayadi.

"Kami [Kemenpora] juga tidak pernah intervensi [Edy untuk mundur], beliau punya mandat seperti yang diputuskan ketika terpilih. Era media sosial mendorong untuk responsif dan memahami arah angin yang berkembang, yang kasihan adalah PSSI," katanya.

Gatot S. Dewa Broto berharap Edy Rahmayadi lebih bijak dalam memberikan pernyataan.Gatot S. Dewa Broto berharap Edy Rahmayadi lebih bijak dalam memberikan pernyataan. (M. Arby Rahmat Putratama H)
Selain isu Edy mundur, komentar mantan Pangkostrad TNI itu yang baru-baru ini viral adalah pernyataan tentang cara mengatasi persoalan pengaturan skor di Indonesia. Ia berpendapat pengaturan skor bisa diatasi bila guru mengaji dan pendeta diperbanyak di Indonesia.

Sontak komentar itu membuat geger dunia maya sepak bola Indonesia. Gatot pun mengetahui pendapat Edy itu dari media sosial.

"Itu konteksnya lain, seorang pemimpin agama punya tanggung jawab yang lain. Ini sudah lain relevansi. Jangan diada-adakan, jangan dipaksakan, mungkin tujuan beliau [berkata seperti itu adalah merujuk kepada] moralitas," ucap Gatot.

"Ini [pengaturan skor] kan ada perangkat lain yang bisa menyelesaikan yaitu perangkat hukum, serta ketegasan instansi yang terkait. Beliau dimohon agak lebih bijak lah dalam memberi komentar, seperti: 'Harapannya pengaturan skor diselesaikan PSSI dengan cara blablabla..' Jangan mengaitkan sesuatu yang tak ada relevansinya," ucapnya melanjutkan.

Edy Rahmayadi kembali mendapat risakan dari para netizen terkait komentarnya baru-baru ini yang tersebar di media sosial. Dalam video yang beredar di Instagram, ia mengomentari pertanyaan terkait upaya PSSI memberantas kasus pengaturan skor.

"Begitu luasnya Indonesia, kita mempunyai 34 provinsi. Kalau Belgia, naik sepeda motor bisa keliling Belgi. Tapi di Indonesia, naik pesawat pun dari Medan menuju Papua, sama dengan dari Medan naik Haji ke Makkah."

"Begitu panjangnya geografis Indonesia. Begitu beragamnya kita, begitu sulit mengawasi itu. Ke depan perlu diperbanyak guru ngaji dan pendeta, supaya benar-benar ikhlas termasuk wartawannya," ujar Edy Rahmayadi. (map/bac)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2G1B3lV
December 08, 2018 at 04:33AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2G1B3lV
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment