Saturday, December 15, 2018

Mendagri AS Bakal Lengser, Trump Ditinggal Lagi Pejabatnya

Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut Menteri Dalam Negeri AS Ryan Zinke akan mengundurkan diri dari posisinya pada akhir 2018. Diduga, ini terkait dengan serangkaian protes atas kebijakannya yang tak pro-lingkungan serta deretan kasus etik.

"Mendagri @RyanZinke akan meninggalkan posisinya akhir tahun setelah menjabat selama hampir dua tahun," tulis Trump dalam akun Twitter-nya, Sabtu (15/12).

"Ryan telah mencapai banyak hal selama masa jabatannya dan saya ingin berterima kasih kepadanya atas pengabdiannya untuk bangsa," kata dia.


Trump menambahkan bahwa pihaknya segera mengangkat pejabat baru di posisi itu. "Pemerintahan Trump akan mengumumkan Mendagri baru pekan depan," ucap dia.

Diketahui, Mendagri AS bertanggung jawab untuk mengawasi konservasi dan tambang di lahan publik.

Dikutip dari AFP, Zinke menjadi target sejumlah penyelidikan etika. Mantan anggota Kongres dari Montana itu diselidiki dalam kasus kepemilikan real estat dan kebijakannya.

Bersama dengan Kepala Badan Perlindungan Lingkungan, Scott Pruitt, Zinke mempelopori desakan kepada presiden untuk secara signifikan melonggarkan peraturan lingkungan dan menggencarkan produksi energi. Pruitt sendiri sudah mengundurkan diri pada Juli di tengah serangkaian skandal etika dan pembelanjaan yang berlebihan.

Zinke adalah salah satu dari sejumlah anggota kabinet Trump yang mendapat kecaman atas pengeluarannya yang besar. Kementeriannya dilaporkan menghabiskan hampir US$139 ribu untuk mengganti tiga set pintu di kantornya.

Selain itu, namanya diselidiki dalam 15 kasus. Contohnya, menurut laporan Washington Post, menggunakan standar keamanan negara bersamanya saat berlibur ke Turki, serta penggunaan sejumlah penerbangan dengan pesawat non-komersil yang mahal, termasuk untuk berkuda bersama Wapres Mike Pence.


Pengunduran dirinya ini terjadi sebelum Kongres AS, yang kini dikuasai oleh Partai Demokrat, berencana melakukan investigasi atas kasus-kasusnya, pada Januari.

Merespon tudingan-tudingan itu, Zinke mengaitkan kepergiannya dengan "tuduhan palsu" terhadapnya.

"Saya tidak bisa membenarkan soal tudingan menghabiskan ribuan dolar untuk membela diri dan keluarga saya terhadap tuduhan palsu. Lebih baik bagi Presiden dan Kemendagri untuk fokus pada pencapaian daripada tuduhan fiktif," katanya dalam sebuah pernyataan di Twitter.

Nancy Pelosi, pemimpin Partai Demokrat di Kongres AS, menyebut pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Zinke telah merusak lingkungan di Negeri Paman Sam.

"Menteri Zinke telah menjadi pelayan yang tak tahu malu bagi kepentingan khusus," cetusnya, dikutip dari AFP.

"Pelanggaran etiknya yang mengejutkan telah memberikan kerusakan serius dan langgeng terhadap tanah publik, lingkungan, udara bersih, dan air bersih di Amerika," ia menambahkan.

Mantan Dubes AS di PBB Nikki Haley.Mantan Dubes AS di PBB Nikki Haley. (Reuters/Brendan Mcdermid/File Photo)
"Ryan Zinke adalah salah satu anggota kabinet paling beracun terkait dengan cara dia memperlakukan lingkungan kami, lahan publik kami yang berharga, dan cara dia menganggap pemerintahan itu sumber daya pribadinya," pemimpin minoritas Senat AS, Chuck Schumer, menimpali.

Pengumuman kepergian Zinke ini hanya berjarak seminggu setelah kepergian kepala staf Trump, John Kelly. Pada Jumat, Trump menunjuk Mick Mulvaney sebagai pengganti Kelly, atau orang ketiga yang memegang jabatan itu sejak Trump menjabat di awal 2017.

Kelly, Scott, dan Zinke menjadi bagian rangkaian pejabat tinggi lainnya yang telah lebih dulu meninggalkan Trump.

Selain keduanya, ada nama Jaksa Agung Jeff Sessions, yang dipecat terkait keterlibatan Rusia dalam Pilpres AS; Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley; Menteri Luar Negeri Rex Tillerson; Kepala Strategi Gedung Putih Steve Bannon; serta dua Penasehat Keamanan Nasional, Michael Flynn dan penggantinya, HR McCaster.

(arh)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2LnRpVi
December 16, 2018 at 11:16AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2LnRpVi
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment