
Apalagi, ia mengingatkan, secara total BI telah mengerek tingkat bunga acuan hingga 175 basis poin (bps). "Ekonomi sektor riil cukup baik. Kemudian, transaksi modal juga relatif baik," terang Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (21/12).
Menurut mantan Gubernur BI itu, kenaikan bunga acuan bulan ini tidak diperlukan, seiring dengan antisipasi awal terhadap kenaikan bunga acuan bank sentral AS, The Fed, telah lebih dulu dilakukan.
"Kata market, sudah price in, sehingga kenaikan bunga The Fed sudah diperkirakan market," imbuhnya.
Meski begitu, ia belum mau memberi proyeksi dampak kebijakan moneter ketat yang ditempuh The Fed dan BI dengan mengerek tingkat bunga acuannya.
Kemarin, dalam RDG BI, suku bunga acuan dipertahankan di level 6 persen. Alasannya, mempertimbangkan berbagai kondisi ekonomi global dan domestik. Dari global, keputusan BI dipengaruhi oleh kenaikan bunga acuan The Fed sebesar 25 bps menjadi 2,25 persen-2,5 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bank sentral nasional juga memperhitungkan dampak dari kondisi ekonomi AS dan China yang mulai melambat sebagai imbas dari perang dagang kedua negara.
Selain itu, ia juga mempertimbangkan prospek ekonomi Eropa usai The European Central Bank (ECB) mengumumkan penghentian pelonggaran kualitatif per akhir tahun ini.
Tak ketinggalan, ekonomi domestik juga masuk dalam pertimbangan. Meski, proyeksi pertumbuhan ekonomi Tanah Air tetap di rentang 5,0-5,4 persen dan inflasi 3,5 persen plus minus 1 persen.
(uli/bir)
http://bit.ly/2PTfNyJ
December 23, 2018 at 03:40AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2PTfNyJ
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment