
Dari perkiraan tersebut, sampai 30 November 2018 kemarin, realisasi belanja subsidi energi sudah mencapai Rp130,4 triliun atau 138 persen dari target awal. Realisasi subsidi energi tersebut meroket 66,2 persen dari periode yang sama tahun lalu.
Sumbangan subsidi energi tersebut berasal dari subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan elpiji sebesar Rp84,3 triliun atau 179,8 persen dari target awal yang hanya Rp46,9 triliun. Lalu, juga disumbang oleh subsidi listrik yang sudah mencapai Rp46,1 triliun atau 96,8 persen dari asumsi Rp47,7 triliun.
Ia mengatakan proyeksi pembengkakan tersebut terjadi lantaran pembayaran dari pemerintah untuk subsidi BBM jenis solar meningkat dari semula Rp500 per liter menjadi Rp2.000 per liter.
"Kenaikan ini besar karena ada perubahan pembayaran solar yang naik tiga kali lipat. Sedangkan dari listrik, kami lakukan pembayaran dari tahun sebelumnya," ujar Ani di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12).
Selain itu, Ani juga mengatakan pembengkakan anggaran subsidi terjadi karena kenaikan harga minyak dan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan kemarin.
Kendati anggaran subsidi energi bakal membengkak, namun Ani meyakini masalah tersebut tidak menjadi beban. Pasalnya, pelemahan kurs rupiah dikatakannya juga memberi 'untung' bagi penerimaan negara.
Sementara realisasi subsidi nonenergi sebesar Rp52,3 triliun atau 84,7 persen dari asumsi awal di APBN 2018 sekitar Rp61,7 triliun. Sedangkan total realisasi subsidi secara keseluruhan sudah mencapai Rp182,7 triliun atau 116,9 persen dari target Rp156,2 triliun. Realisasi ini tumbuh 39,8 persen dari periode yang sama tahun lalu.
(uli/agt)https://ift.tt/2QI3HwU
December 06, 2018 at 10:14PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2QI3HwU
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment