Menurut data statistik dikutip dari CNN pada Rabu (19/12), tercatat sebesar 45 persen peningkatan kejahatan dilakukan oleh orang berusia di atas 65 tahun dalam lima tahun terakhir.
Penjahat uzur ini ternyata masih bernyali melakukan sejumlah kejahatan serius. Yaitu pembunuhan, pembakaran, pemerkosaan dan perampokan yang tercatat meningkat sebesar 70 persen.
Jumlah kasus meroket dari seribu kasus pada 2013, menjadi 1.800 kasus di 2017.
Kejahatan serupa juga tercatat pada Agustus lalu, ketika seorang lansia diduga menewaskan dua pegawai negeri dan melukai seorang tetangga karena perselisihan sepele.
Dan pada April lalu, seorang wanita berusia 69 tahun dilaporkan meracuni sup ikan yang disajikan di sebuah kenduri desa dengan pestisida.
Lebih dari 14 persen warga Korsel berusia di atas 65 tahun. Kebanyakan lansia, yang sudah tak lagi berpenghasilan, kesulitan memenuhi kebutuhan hidup sehingga berujung memilih jalan pintas menjadi kriminal.
"Dengan tidak ada pekerjaan yang memungkinkan orang tua untuk berkontribusi pada masyarakat, mereka merasa putus asa dan menyebabkan permusuhan dengan orang lain, depresi dan perilaku antisosial," kata profesor dan krimonolog dari Universitas Dongguk, Seoul, Cho Youn-oh.
Kurangnya lapangan pekerjaan dan dukungan finansial bagi lansia di Korea Selatan meningkatkan kemungkinan aksi kriminalitas. (Ilustrasi Istockphoto/PeopleImages)
|
Sekitar 60 persen warga lansia di Korea juga tidak memenuhi syarat untuk mendapat tunjangan pensiunan nasional, yang baru diwajibkan pada akhir 1990-an.
"Isolasi dan perasaan bahwa mereka tidak memiliki hal berarti membuat mereka kehilangan kontrol dan berperilaku sembarangan. Umumnya, orang-orang yang berhubungan lebih banyak dengan masyarakat melalui keluarga dan pekerjaan, cenderung memiliki kontrol diri yang lebih baik sehingga tidak berbuat kriminal," tambah Cho.
Hal serupa juga dinyatakan oleh Park, salah satu narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Nambu. Narapidana yang sudah dua tahun mendekam di penjara itu mengatakan kurangnya lapangan pekerjaan dan dukungan finansial bagi lansia meningkatkan kemungkinan aksi kriminalitas.
"Angka kriminal naik ketika orang tak punya uang," katanya.
Belum lagi mereka juga menghadapi berbagai masalah kesehatan, seperti demensia, kanker dan gagal ginjal, sehingga perlu penanganan khusus.
Narapidana lansia juga umumnya harus dipisahkan dari narapidana muda.
"Jika narapidana lansia dan muda digabung, kemungkinan mereka terlibat dalam perkelahian justru lebih tinggi karena kesenjangan generasi dan perbedaan budaya," kata wakil direktur Lembaga Permasyarakatan Nambu, Seoul, Lee Yun-Hwi.
Saking sulitnya hidup mereka, narapidana lansia mengatakan mereka merasa lebih aman di penjara ketimbang harus hidup bebas. Sebab di penjara hidup mereka dijamin. Mereka mendapat jatah makan, pakaian, dan tempat untuk istirahat di sel.
Ironi ini sekilas mengingatkan dengan cuplikan kisah karakter Brooks Hatler yang diperankan aktor James Whitmore dalam film Shawshank Redemption. Brooks yang sudah lanjut usia ketika dibebaskan malah memilih bunuh diri karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan zaman.
"Mereka (narapidana lansia) tidak punya tempat tinggal untuk berlindung dan uang untuk makan ketika dibebaskan," tutur narapidana berusia 70 tahun itu.
https://ift.tt/2S9znsh
December 20, 2018 at 02:15AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2S9znsh
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment