Saturday, November 24, 2018

Bertemu Piranha di Barat Jakarta

Jakarta, CNN Indonesia -- Tidak pernah terlintas dalam benak saya untuk mengunjungi kawasan Jakarta Barat pada tengah hari bolong di akhir pekan. Selama ini bagi saya hanya melintasi kawasan yang disebut memiliki fengshui Kepala Naga itu hanya untuk urusan ke kelab malam atau ke bandara.

Tepat pukul 10 pagi di hari Sabtu telepon genggam saya berbunyi, ada pesan masuk dari dua teman saya yang menetap di Norwegia.

Teman saya itu berkata sedang transit sementara di Hotel Pullman Jakarta Central Park sebelum melanjutkan perjalanan liburan ke Bali dengan penerbangan pagi keesokan harinya.

Mereka bertanya kegiatan apa yang bisa dilakukan dengan jangka waktu kurang dari 24 jam selain belanja dan pesta di Jakarta.

Lebih spesifik lagi mereka mengatakan tidak ingin keluar dari area Jakarta Barat agar masih bisa punya waktu untuk beristirahat menunggu penerbangan.

Setelah mengeliminasi Monas dan Kota Tua--karena hari itu matahari bersinar terik sekitar 27 derajat Celcius, akhirnya kami sepakat mendatangi Jakarta Aquarium, area akuarium yang berada di Neo Soho seberang Mal Central Park.

Dari Hotel Pullman Jakarta Central Park, Jakarta Aquarium hanya berjarak sekitar lima menit berjalan kaki.

Tapi dari kawasan tempat tinggal saya di Kemang Utara, perjalanan harus ditempuh selama sekitar 1 jam 20 menit dengan mobil, atau selama sekitar 45 menit dengan bus TransJakarta.

Jika naik mobil, dari arah Gatot Subroto masuk tol dalam kota lalu keluar di pintu tol Tanjung Duren sampai Neo Soho.

Kalau naik TransJakarta, bisa naik bus nomor 4A, 8, 8A, 9, 9A, 9E, S11, T12, B21, M83 atau M9, yang ke arah Pluit atau Grogol dan singgah di halte S. Parman Podomoro City--halte yang berada tepat di depan Mal Central Park dan Neo Soho.

Karena enggan mengeluarkan uang ratusan ribu untuk sekali jalan dengan taksi, saya memilih untuk naik TransJakarta ke Jakarta Aquarium.

Berkeringat demi Rp3.500

Bermodalkan kartu TransJakarta, aplikasi Google Maps dan Trafi, botol air minum, headset serta kacamata hitam, kaki saya melangkah mantap ke halte TransJakarta Duren Tiga.

Melalui aplikasi Trafi saya mengetahui bahwa bus TransJakarta yang menuju halte S. Parman Podomoro City bisa ditumpangi dari halte Kuningan Barat.

Membaca informasi tersebut membuat keringat saya mulai menetes. Bukan cuma karena gerah, juga karena saya membayangkan harus naik jembatan penyeberangan panjang dan tinggi yang menghubungkan halte Kuningan Timur dan Kuningan Barat.

Tapi demi jalan-jalan bermodalkan Rp3.500 saya nekat basah kuyup oleh keringat.

Bus TransJakarta nomor 6A yang saya tumpangi dari halte Duren Tiga tak terasa sampai halte Kuningan Timur. Turun ke halte saya sempat bingung karena ada dua tangga jalan tanpa nama arah.

Tak melihat ada petugas akhirnya saya bertanya arah halte Kuningan Barat kepada dua gadis muda berkerudung yang sedang duduk-duduk sambil selfie. Mereka lalu mengarahkan jarinya ke kanan menunjukkan arah halte Kuningan Barat. Usai mengucap terima kasih, saya memulai perjalanan di jembatan penyeberangan.

Di tengah perjalanan di jembatan penyeberangan antara halte Kuningan Timur dan Kuningan Barat, saya melihat sekelompok anak muda dengan kamera mirrorless kinyisnya sedang asyik menjepret suasana.

Pemandangan dari jembatan penyeberangan ini memang cukup fotogenik, karena bisa melihat langsung tumpukan flyover dan simpang Mampang-Kuningan di bawahnya. Timbul keinginan untuk memotret dari sini pada malam hari.

Di ujung jembatan penyeberangan, halte Kuningan Barat sudah terlihat. Tapi lagi-lagi ada dua pintu keluar, entah mana yang mengarah ke halte S. Parman Podomoro City.

Saya celingak-celinguk mencari petugas TransJakarta di tengah halte bercahaya minim itu. Mereka terlihat duduk dalam loket yang nyaris tak diketahui keberadaannya. Tak buang waktu saya langsung bertanya arah pintu halte untuk menunggu bus yang saya maksud.

Saya bernapas lega setelah bisa berdiri tepat di pintu halte yang saya maksud. Ketakutan bakal tersesat karena minimnya penunjuk arah di halte TransJakarta tidak jadi terwujud. Beruntungnya lagi bus nomor 9 jurusan Pinang Ranti-Pluit tak lama datang.

Dari halte Kuningan Barat, bus nomor 9 ini melewati tujuh halte TransJakarta sebelum sampai di halte S. Parman Podomoro City. 

Bertemu Piranha di Barat JakartaPemandangan simpang susun Semanggi. (CNNIndonesia/Safir Makki)

Lancar Jika Tak Macet

Perjalanan dari halte Kuningan Barat ke halte S. Parman Podomoro City lumayan lancar jika tak ada mobil atau motor yang nekat menerobos jalur TransJakarta secara berjemaah. Kurang lebih sekitar 30 menit.

Tak terasa pemandangan kawasan Kuningan berganti dengan Semanggi, Senayan, lalu Slipi, tanda saya harus pasang telinga untuk mendengarkan aba-aba turun di halte S. Parman Podomoro City.

Sampai di halte S. Parman Podomoro City saya kembali naik tangga penyeberangan yang langsung masuk area Mal Central Park. Dari halte ke mal berjarak sekitar lima menit berjalan kaki.

Lagi-lagi saya dihibur oleh fotogeniknya pemandangan Jakarta dari atas jembatan penyeberangan ini. Tiba-tiba timbul pertanyaan dalam diri saya; jadi kota ini memang nyaman untuk dihuni atau cuma enak dipandangi?

Dua teman saya ternyata sudah menunggu dengan manis di sebuah kedai kopi dekat pintu masuk antara Mal Central Park dan Neo Soho. Saya datang ketika mereka tengah asyik berbincang. Tanpa buang waktu kami langsung melangkahkan kaki ke Jakarta Aquarium.

Selain untuk melihat hewan-hewan lucu, segarnya hawa dari pendingin udara menjadi alasan kami bertiga untuk buru-buru masuk ke sini.

Bertemu Piranha di Barat JakartaPenampakan Ikan Kerapu "raksasa" yang seberat 300 kg. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Sebagai informasi Jakarta Aquarium buka setiap hari mulai pukul 10 pagi sampai 8 malam.

Harga tiketnya untuk dewasa di hari biasa Rp150 ribu dan untuk anak kecil Rp125 ribu. Sedangkan di hari libur Rp200 ribu dan Rp150 ribu.

Sama seperti wisata akuarium lainnya, Jakarta Aquarium menawarkan pemandangan habitat-habitat makhluk laut, mulai dari ubur-ubur, ikan pari, ikan piranha sampai hiu.

Bertemu Piranha di Barat JakartaArea pameran yang didekorasi seperti hutan. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Tempatnya terbagi dalam dua lantai, lantai atas berisi restoran Pingoo--tempat makan dengan atraksi kandang penguin dan area pameran. Lalu lantai dua berisi area pameran, ruangan teater dan toko suvenir.

Dari pintu masuk suasana interaktif sudah terasa. Layar informasi per akuarium bisa diakses dengan mudah berikut dengan penunjuk arah. Dua teman saya tertawa saat saya berkata bahwa penunjuk arah di tempat ini lebih informatif ketimbang penunjuk arah di halte TransJakarta yang tadi saya lewati.

Bertemu Piranha di Barat JakartaAkuarium Ubur-ubur yang menjadi favorit saya. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Setiap sudut juga dibangun area berfoto yang unik, seperti terowongan kaca di tengah akuarium, sehingga yang berfoto seakan sedang menyelam di dalamnya.
Bertemu Piranha di Barat JakartaBerfoto di dalam akuarium. (CNN Indonesia/Andry Novelino)

Jangan lupa juga mengagumi akuarium-akuarium besar yang tembus pandang ke arah kolam hiu dan kawan-kawannya.

Sebelum datang sebaiknya mencari tahu dulu jadwal teater dan pemberian makan hewan yang menjadi atraksi menarik di sini. Informasi tersebut bisa dilihat dari situs resmi Jakarta Aquarium.

Setelah berkeliling selama dua jam dan melihat atraksi pemberian makan ikan piranha kami bertiga ikut merasa lapar dan memutuskan menyudahi kunjungan untuk mencari santapan.

Yang menyenangkan Jakarta Aquarium berada di dalam mal dan kawasan yang dikelilingi oleh pusat kuliner enak dan murah, sehingga urusan lapar atau haus sudah pasti bisa ditanggulangi.

Mau makan besar atau sekadar ngopi pilihannya banyak tersedia, tinggal isi dompet yang berbicara.

(ard)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2FGAAFF
November 24, 2018 at 10:01AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2FGAAFF
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment