Tuesday, November 20, 2018

BIN: Tak Ada Masjid Radikal Tapi Penceramahnya

Jakarta, CNN Indonesia -- Juru bicara Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Purwanto menegaskan bahwa tidak ada masjid yang radikal. Kategori radikalisme kata Wawan, dilihat dari konten yang dibawakan penceramah di masjid tersebut.

"Jadi, konten ceramahnya yang kita utamakan. Kalau masjidnya sih enggak ada yang radikal, tapi penceramahnya," kata Wawan kepada wartawan di Sate Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa (20/11).

Pernyataan Wawan tersebut menyikapi pemberitaan media tentang temuan 41 masjid di lingkungan pemerintah yang terpapar radikalisme. Temuan tersebut merupakan hasil survei oleh Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Nahdlatul Ulama.

Temuan itu kemudian diungkapkan oleh Staf Khusus Kepala BIN Arief Tugiman, dalam diskusi Peran Ormas Islam dalam NKRI di Kantor Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI), Jakarta, Sabtu (17/11).

Arief mengatakan terdapat tiga kategori tingkat paparan radikalisme dari 41 masjid tersebut. Pada kategori rendah ada tujuh masjid, 17 masjid masuk kategori sedang dan 17 masjid masuk kategori tinggi.

Menurut Wawan hasil survei tersebut kemudian dipelajari oleh BIN sebagai early warning, dan ditindaklanjuti dengan pendalaman dan penelitian lanjutan oleh BIN.

Wawan mendorong penceramah untuk menyampaikan isi ceramah yang sejuk dan BIN akan melakukan pemberdayaan kepada para da'i untuk dapat memberikan ceramah yang mengkonter paham radikal.

BIN dalam hal ini berkoordinasi dengan Kementerian Agama, MUI dan lembaga terkait.

"Semua saling berkoordinasi supaya ada perubahan-perubahan signifikan agar hal ini tidak berkelanjutan," kata dia.

Kata Wawan, keberadaan masjid di lingkungan pemerintah seharusnya steril dari hal-hal yang berbau radikal. Hal tersebut merupakan salah satu upaya BIN menjaga persatuan di Indonesia.

Saat ini, kata Wawan, BIN sedang melakukan literasi kepada masyarakat agar tidak terjadi kesalahpahaman, sehingga keamanan dan ketertiban negara tetap terjaga dengan baik.

Pernyataan BIN itu kemudian ditanggapi oleh Wakil Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI) Syafruddin. Mantan Wakapolri itu mengatakan, radikalisme sejatinya berasal dari para individu atau kelompok yang membawa.

Syafruddin berani menjamin bahwa tidak ada unsur-unsur radikalisme yang bersemayam di masjid. Syafruddin meyakini bahwa Badan Intelijen Negara (BIN), yang mengumumkan temuan ada radikalisme di sejumlah masjid di lingkungan kementerian, lembaga, dan BUMN, merujuk pada individu belaka.

"Bukan itu yang dimaksud BIN, maksudnya itu orang-orang, bukan masjid. Itu bahasanya saja," imbuhnya.

Merespons agar isu radikalisme tersebut tak meliar, Syafruddin mengatakan bahwa masjid-masjid perlu disibukkan dengan kegiatan positif. Dengan demikian, fungsi masjid akan terpenuhi dengan sendirinya dan masjid tetap terjaga kesuciannya.

(dni)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2FwwJLj
November 21, 2018 at 03:26AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2FwwJLj
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment