"Saya tidak mau berspekulasi soal ini, Anda harus tanyakan ini kepada pemerintah Indonesia. Saya tidak bisa berkata banyak, tapi saya pikir waktunya akan datang karena kesepakatan itu sendiri secara substansi telah disepakati kedua negara. Ini hanya soal kapan," ucap Wakil Duta Besar Australia untuk Indonesia, Allastar Cox, di Jakarta, Selasa (18/12).
Kesepakatan perdagangan itu tertuang dalam Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komperhensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) yang telah digodok kedua negara lebih dari satu dekade.
Namun, rencana itu diduga bakal molor terutama setelah relasi RI-Australia merenggang akibat pengakuan kontroversial Canberra terkait Yerusalem.
Kementerian Luar Negeri RI menyatakan bahwa keputusan ini tak akan mempengaruhi hubungan bilateral.
Meski demikian, Cox menuturkan Australia berharap kesepakatan dagang kedua negara tetap akan ditandatangani sesuai rencana melihat keuntungan yang bisa didapat Jakarta-Canberra.
"Dari perspektif saya, relasi perdagangan RI-Australia memiliki banyak potensi, termasuk perjanjian perdagangan ini yang telah selesai dinegosiasikan kedua negara pada Agustus lalu saat PM Morrison berkunjung ke Indonesia," tuturnya.
Namun pada akhir pekan lalu, Morrison mengumumkan bahwa Australia mengakui Yerusalem Barat sebagai ibu kota Israel, bukan Yerusalem Timur.
Walau demikian, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, menganggap Australia hanya main aman, padahal masalah intinya tetap sama.
"Menurut saya isunya bukan pada ada di mana letak Kedubes, apakah di Yerusalem Barat atau Timur. Isunya adalah Israel menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota negaranya yang sebelumnya adalah Tel Aviv," katanya.
Melanjutkan pendapatnya, Hikmahanto berkata, "dan agar mendapat pengakuan maka mereka meminta agar negara-negara yang memiliki perwakilan memindahkan kedubesnya sehingga ada pengakuan bahwa Yerusalem, lepas dari Barat atau Timur, diakui oleh negara-negara sebagai ibu kota Israel."
Indonesia pun dianggap harus terus menekan Australia dengan cara apa pun, salah satunya menggunakan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komperhensif Indonesia-Australia (IA-CEPA) sebagai senjata. (rds/has)
https://ift.tt/2SVmv93
December 19, 2018 at 03:06AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2SVmv93
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment