CATATAN PERJALANAN
CNN Indonesia | Minggu, 09/12/2018 15:37 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Lazimnya, toko mainan dan taman bermain jadi penangkal kerewelan anak kecil yang selalu ampuh. Kalau anak sudah mulai nangis dan merengek tak karuan, terkadang hanya boneka atau mobil-mobilan terbaru yang bisa jadi pereda.Meskipun semasa kecil saya juga senang dibelikan mainan, tapi orang tua tak sesering itu membawa saya ke toko mainan.
Kemungkinan besar karena waktu kecil saya selalu gampang bosan dengan mainan. Setiap dibelikan mainan baru, selang satu sampai dua jam kemudian saya pasti sudah acuh tak acuh dengan mainan yang sudah susah payah dibelikan orang tua.Sebagai pengganti toko mainan, orang tua justru lebih senang membawa saya ke toko buku. Saya ingat betul, semasa kecil saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam dalam toko buku.
Berkaca pada masa kecil yang selalu dihibur oleh buku, sampai dewasa saya jadi suka membaca buku. Hingga kini, toko buku masih ampuh menjadi penangkal kerewelan saya ketika merasa bosan dan ingin bersantai.
Akhir pekan kemarin saya memutuskan untuk berburu buku di penjuru Jakarta. Selain cuci mata, wisata buku ini saya lakukan karena bosan dengan pilihan buku di toko yang ada di dalam mal.
Mengintip Jakarta dari Jembatan Layang
Perhentian pertama saya dalam wisata buku kali ini adalah Perpustakaan Freedom Institute di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Karena sehari-hari saya sering menumpang Bus TransJakarta ke kantor, saya tahu kalau halte TransJakarta di dekat rumah melayani rute langsung ke Kuningan.
Dari Halte Seskoal, Bus TransJakarta nomer 13E membawa saya ke Halte Kuningan Madya yang berada tepat di depan Wisma Bakrie 1 hanya dengan tiket seharga Rp3.500 per orang.
Bus TransJakarta koridor 13 yang melintas di atas jembatan. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
|
Selain jam berangkat atau pulang kantor, kondisi bus terasa lengang.
Jalur TransJakarta yang melayani rute perjalanan dari Terminal Ciledug ini, bertempat di atas jembatan layang yang dikhususkan untuk Bus TransJakarta. Jadi tak perlu khawatir macet, seperti jalur-jalur Transjakarta lain yang justru banyak dikuasai mobil dan motor pribadi.
Dan karena berada di atas jembatan layang, sepanjang perjalanan saya bisa mengintip kehidupan orang-orang Jakarta dari ketinggian.
Saking asyiknya menikmati suasana Jakarta, tak terasa bus yang saya tumpang sudah tiba di pemberhentian Kuningan Madya. Saya lekas turun dari bus dan langsung melangkah ke Wisma Bakrie 1, tempat tujuan utama saya berada.
'Surga' Buku di Tengah Perkantoran
Sebelum pindah lokasi ke Wisma Bakrie 1, Perpustakaan Freedom Institute bertempat di Jl Proklamasi, Jakarta Pusat.
Perpustakaan umum dan independen ini sempat tutup di akhir September 2015 selama dua tahun.
Namun di tahun 2017, Freedom Insitute kembali dibuka untuk umum dengan lebih dari 10 ribu judul buku yang siap dinikmati.
Perpustakaan Freedom Institue buka setiap hari mulai pukul 9 pagi sampai 5 sore.
Saya pribadi belum pernah mengunjungi perpustakaan ini. Tapi foto-foto yang beredar di internet kian menarik perhatian saya untuk melihat langsung koleksi buku di sini.
Dan benar saja, suasana dan interior perpustakaan sama indah dan nyamannya dengan foto-foto yang terpampang di internet.
Suasana perpustakaan Freedom Insitute. (CNN Indonesia/Feybien Ramayanti)
|
Sejumlah rak-rak buku besar berdiri di setiap sudut ruangan. Terdapat beberapa sofa dan meja belajar yang bisa dimanfaatkan jika ingin mengerjakan tugas atau bekerja bebas dari gangguan.
Sebelum menyerbu buku-buku di rak, saya harus mengisi lembar formulir terlebih dahulu untuk mendapatkan kartu anggota perpustakaan. Kartu ini dapat diperoleh gratis hanya bermodalkan KTP.
Setelah mendapat kartu anggota, saya langsung kalap mengkurasi satu per satu koleksi buku yang ada di setiap rak. Rak pertama yang saya kunjungi adalah rak sastra dan fiksi.
Selain sastra, juga terdapat banyak ragam buku lain, mulai dari sejarah, politik, hukum, sosial, filsafat, agama sampai jurnal-jurnal dalam dan luar negeri.
Setiap rak diberi label sesuai dengan kategori buku di dalamnya. Penataannya juga rapi, jadi tak perlu bingung kalau ada kategori spesifik yang ingin dituju.
Kebanyakan buku di sini justru berbahasa Inggris ketimbang Bahasa Indonesia. Koleksi yang tersedia menurut saya bagus-bagus dan cukup variatif.
Sayangnya, buku di sini tak bisa dipinjam untuk dibawa pulang. Pengunjung hanya bisa membaca buku di tempat atau memesan jasa fotokopi buku dengan waktu kerja kurang lebih lima hari.
Bagi yang ingin membuka laptop untuk bekerja, perlu diketahui kalau jaringan Wi-Fi yang disediakan tak terlalu bisa diandalkan.
Wisata berburu buku masih berlanjut ke halaman berikutnya...
(fey/ard)
https://ift.tt/2SzAuBm
December 09, 2018 at 10:39PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2SzAuBm
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment