
Kepeduliannya pada pelestarian Orangutan mendorongnya mendirikan Orangutan Protection Club. Tujuannya tak lain untuk menurunkan angka kerusakan habitat asli orangutan di Indonesia.
Majka mencetuskan ide pendirian klub setelah ibunya membacakan sebuah artikel mengenai 25 orangutan yang mati setiap harinya akibat penebangan hutan untuk budidaya kelapa sawit.
Gadis berusia delapan tahun ini memutuskan untuk melakukan tindakan nyata dengan meminta ibunya berhenti membeli produk yang mengandung minyak sawit.Tak sampai disitu, ia juga turut melibatkan teman-teman di sekolahnya untuk menyerukan kampanye tersebut. Ia menawarkan sertifikat buatan tangan bagi teman-temannya yang bersedia bergabung dengan klub yang didirikannya.
Kampanye yang diserukan secara luas ini juga ia serukan lewat laman Facebook 'Klub Ochrony Orangutanów'.
Kecintaan Majka terhadap terhadap hewan dengan nama ilmiah Pongo abelii turut membawanya diundang dalam forum COP24. COP24 merupakan Konferensi ke-24 PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCC). UNFCC sendiri merupakan konvensi tahunan yang dimulai pada 1992 beranggotakan negara-negara yang telah meratifikasi Konvensi
Dalam sambutannya, Michal Kurtyka mengapresiasi dan menyebut kampanye yang diinisiasi Majka untuk pelestarian Orangutan sebagai hal luar biasa."Majka, kamu luar biasa. Kamu menginspirasi kami untuk menyisakan tenaga untuk aksi nyata. Saya sangat senang ada anak-anak yang merespons masalah global dan terlibat dalam perlindungan perubahan iklim," ungkap Kurtyka saat berjumpa dengan Majka seperti dilansir COP24.
Berdasarkan catatan Orangutan Information Center (OIC) pada Agustus 2018, saat ini populasi orangutan di Sumatera sekitar 13.600 ekor dan orangutan Tapanuli tersisa hanya 800 ekor. (evn)
https://ift.tt/2PrUnIz
December 09, 2018 at 02:44AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2PrUnIz
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment