Tuesday, December 4, 2018

Pemerintah Sebut Utang Riil BUMN hanya Rp2.488 Triliun

Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian BUMN menyebut utang riil yang dimiliki oleh perusahaan pelat merah hanya Rp2.488 triliun walau total liabilitas mereka mencapai Rp5.271 triliun.

Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Bisnis Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro mengatakan mengatakan penghitungan utang BUMN tak boleh hanya dilihat dari sisi liabilitas semata. Perhitungan utang juga harus dilakukan dengan melihat jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), cadangan premi, dan akumulasi iuran pensiun.

"Sehingga kelihatannya fokus apa yang ditulis sebenarnya tidak menunjukkan Rp5.200-an triliun tapi kok aset tidak tembus, seolah-olah mau kiamat saja," ungkap Aloysius, Selasa (4/12).


Aloy menjabarkan total liabilitas BUMN per September 2018 memang menyentuh Rp5.271 triliun. Pos liabilitas itu didominasi oleh sektor keuangan yang mencapai Rp3.311 triliun, sedangkan non keuangan hanya Rp1.960 triliun. Dalam hal ini, sebanyak 74 persen liabilitas BUMN di sektor keuangan disumbang oleh simpanan DPK yang mencapai 74 persen.

"Nah porsi simpanan DPK apa itu utang? Itu konsepnya simpanan meski bank utang ke Anda, tapi bukan konsep antara debitur dan kreditur," katanya.

Sementara itu, cadangan premi sendiri diklaim Aloysius sebagai kewajiban dari perusahaan asuransi. Dengan demikian, untuk melihat total utang BUMN, Aloysius menyebut total liabilitas sebesar Rp5.271 triliun dikurangi simpanan DPK sebesar Rp2.448 triliun dan dikurangi Rp335 triliun.

"Jadi total utang dari 143 BUMN ini Rp2.488 triliun," tutur Aloysius.


Kemudian, untuk liabilitas BUMN non keuangan sendiri terdiri dari sektor telekomunikasi, transportasi, properti dan konstruksi, minyak dan gas (migas), listrik, dan lain-lain. Mayoritas utang disumbang oleh sektor listrik sebesar Rp543 triliun atau 28 persen dari total liabilitas BUMN non keuangan.

Secara keseluruhan, 10 BUMN dengan jumlah liabilitas terbesar, antara lain PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero), dan PT Pertamina (Persero).

Selanjutnya, PT Bank Tabungan Negara (Persero)Tbk,PTTaspen (Persero), PT Waskita Karya (Persero)Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero)Tbk, dan PT Pupuk Indonesia (Persero).

"Lalu untuk DER (debt to equity ratio atau rasio utang terhadap ekuitas) juga masih rendah dibandingkan dengan industri," kata Aloysius.
(aud/agt)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2AOVOeN
December 05, 2018 at 12:32AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2AOVOeN
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment