Monday, November 26, 2018

Enam Fintech Korsel Incar Bisnis di RI

Jakarta, CNN Indonesia -- Enam perusahaan teknologi finansial  (financial technology/fintechasal Korea Selatan tertarik untuk berkolaborasi dengan sejumlah fintech asal Indonesia. Mayoritas fintech asal Korea Selatan ini khususnya berada di bidang sistem pembayaran (payment gateway).

Kolaborasi ini dilakukan melalui proses business matching antara enam fintech Korea Selatan dengan beberapa fintech asal Indonesia yang difasilitasi oleh Korea Internet & Security Agency (KISA).

Kim Jin Man, Convergence Service Support Team Manager dari KISA mengatakan mayoritas fintech asal Korea Selatan menyasar kerja sama dengan perusahaan fintech Indonesia dalam hal kolaborasi dari sisi teknologi. Kerja sama tak hanya di sektor sistem pembayaran, melainkan berbagai jenis fintech misalnya sektor layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi (peer to peer/P2P lending).

"Yang dibawa ke sini memang mayoritas payment gateway karena hampir 70 persen berada di sektor itu, tapi kami buka kerja sama dengan semua jenis fintech," ungkap Kim, Senin (26/11).

Fintech dari Korsel tersebut, terdiri dari tiga fintech sistem pembayaran, yakni 12CM, BICube, PAYCOQ, Payletter. Kemudian fintech dibidang bisnis security cloud service localpay. Lalu bidang pengembangan algoritma, Updater dan bidang keamanan otentikasi biometrik, WINNING I.

"Perusahaan yang mengikuti acara business matching ini diharapkan sukses bekerja sama dengan perusahaan Indonesia, kami tidak bantu lagi karena kami tidak bisa fokus bantu ke satu-satu perusahaan," jelas Kim.


Menurutnya, bisnis fintech di Indonesia sangat mengingat jumlah populasi yang terus meningkat tiap tahunnya. Apalagi, pertumbuhan pemakaian ponsel pintar juga dinilai semakin merajalela.

"Sebenarnya ini untuk ketiga kalinya acara ini kami lakukan, harapannya lebih banyak lagi perusahaan Korea Selatan yang bekerja sama dengan perusahaan Indonesia," terang Kim.

Secara terpisah, CEO BICube Steve Kim mengaku tertarik untuk mengembangkan di Indonesia. Ia mengatakan memiliki beberapa produk, seperti e-money dan e-wallet untuk di Korea Selatan dan luar negeri.

"Tertarik mengembangkan di Indonesia karena bank di Indonesia banyak bila dibandingkan dengan di luar negeri dan populasi Indonesia cukup banyak," papar Steve.

Dalam hal ini, BICube tertarik pula untuk bermitra dengan merchant di Indonesia untuk mengembangkan pembayaran melalui qr code. Dengan demikian, masyarakat tetap bisa bertransaksi secara online di toko offline yang tidak memiliki mesin Electronic Data Capture (EDC).


"Walaupun toko tidak punya mesin EDC tapi kan orang ada ponsel pintar, jadi qr code nya ada sendiri, jadi bisa langsung bayar menggunakan sistem itu," terang Steve.

Sementara itu, salah satu fintech asal Indonesia Faspay, pihaknya mengaku tertarik untuk bekerja sama dengan Payletter karena perusahaan itu memiliki teknologi yang tidak dimiliki oleh Faspay, yakni Billing.

"Itu cocok dengan Faspay, teknologi baru tidak ada di Indonesia jadi mugkin bisa kami bawa," tutur Sunny Prima Juwita selaku Head of Merchant Acquisition Faspay.

Sebagai fintech yang bergerak dalam sistem pembayaran, Sunny mengakui butuh untuk mengembangkan teknologinya di sektor yang sama. Selain dengan Payletter, Faspay juga tak menutup kemungkinan untuk bekerja sama dengan BICube.

"Tapi skema kerja samanya apa kami belum tahu, belum sepakat, karena nanti pembicaraan di sini dibawa lagi ke manajemen," ucap Sunny.


Pilihannya, sambung Sunny, bisa saja dalam bentuk investasi langsung oleh perusahaan fintech asal Korea Selatan atau berkolaborasi dari sisi teknologi. Bahkan, potensi untuk membuat perusahaan patungan (joint venture) juga terbuka.

"Untuk produk kami keseluruhan masih business to business, jadi mungkin masyarakat kurang aware dengan kami," papar Sunny.

Saat ini, Sunny menyebut perusahaan sudah bekerja sama dengan empat bank besar, yakni PT Bank Central Asia Tbk, PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Selain itu, Faspay juga bekerja sama dengan Indomaret dan Alfamart.

"Jadi kami jadi jembatannya, misal nasabah membayar barang di sebuah toko elektronik menggunakan virtual account BCA, di tengah-tengah antara toko dan akun BCA itu penyambungnya kami," jelas Sunny. (aud/agi)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2TLwYFw
November 27, 2018 at 06:12AM from CNN Indonesia https://ift.tt/2TLwYFw
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment