Menyikapi hal tersebut, Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata Guntur Sakti mengatakan kalau saat ini sedang dilakukan pembicaraan antara Kementerian Pariwisata Indonesia dan Kementerian Pariwisata China.
Dalam temu wartawan pada Kamis (13/12) di Jakarta, Guntur menyebutkan kalau Menteri Pariwisata Arief Yahya dan sejumlah perwakilan asosiasi industri pariwisata Indonesia datang ke Negeri Panda untuk merangkul industri pariwisata di sana demi meredam isu mafia wisata murah ini.Guntur lanjut mengatakan kalau dalam pertemuan tersebut akan dibahas pembuatan "daftar putih" yang berisi nama-nama agen perjalanan rujukan agar turis China tak lagi dikadali mafia wisata murah di Indonesia.
"Kami berusaha membereskan masalah ini karena bukan hanya pihak Indonesia saja yang merasa dirugikan, tapi juga turis China. Kami tak ingin membuat mereka trauma datang ke Indonesia," kata Guntur.
"Karena bohong jika tidak ada negara yang tak ingin didatangi turis China. Jumlah turis China yang berwisata ke penjuru dunia itu 130 juta per tahun, Indonesia baru kebagian 1,6 persennya setiap tahun dan sudah terlihat sisi menguntungkannya," lanjutnya.
Kunjungan Menpar dan jajaran terkait, lanjut Guntur, juga dikarenakan pihak Kemenpar sudah menerima banyak laporan mengenai turis China yang merasa tertipu dengan paket wisata murah di Indonesia.
Meski telah mengungkapkan ihwal kunjungan Menpar ke China, namun Guntur mengaku belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai nama-nama agen wisata penghuni daftar putih tersebut.
Sebelumnya ramai diberitakan kalau praktik yang dilakukan mafia wisata murah ini ialah menekan tarif layanan wisata agar turis China berdatangan.
Paket wisata murah itu ditawarkan dengan harga mulai dari 1.700 RMB (sekitar Rp3,5 juta) per orang, yang sudah termasuk tiket pesawat pulang pergi dan akomodasi selama lima hari dan menginap empat malam di Bali. Paket ini ditawarkan kepada turis yang datang dengan rombongan.
Oknum-oknum dari kalangan penerbangan, agen wisata, tempat penginapan, tempat makan sampai tempat penjualan oleh-oleh dari China dan Indonesia diduga terlibat dalam praktik ini.
Secara sederhana, setelah mendapat jumlah turis untuk satu rombongan, oknum dari China menghubungi oknum-oknum yang menguasai layanan wisata di Bali.
Semua kegiatan dan layanan wisata yang akan dinikmati turis sudah ditentukan oleh mafia. Tapi karena paket yang ditawarkan terlampau murah, banyak contoh kasus pelayanan yang diberikan terasa asal-asalan.
Salah satu contoh kasus ialah pernah terjadi rombongan turis yang ditinggalkan pemandu wisata, karena mereka berbelanja bukan di toko cendera mata yang sudah ditentukan.
Oknum yang tergabung dalam mafia memang mendapatkan keuntungan, tapi citra industri pariwisata Bali berpotensi tercoreng atas praktik ini.
(ard)
https://ift.tt/2EmxCnN
December 13, 2018 at 11:52PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2EmxCnN
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment