Sunday, November 25, 2018

Palung Filosofi di Balik Lirik Bersajak KLa Project

Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu hal unik yang ada dalam karya-karya KLa Project adalah lirik yang bersajak nan bernuansa sastrawi. Baik lagu cinta atau bukan, selalu ada kata-kata unik yang tak banyak ditemukan pada lagu band lain.

'Yogyakarta' misalnya, lagu yang terdapat dalam album Kedua (1990) itu menjadi hit pada masanya dan masih dikenal sampai saat ini. Lagu berdurasi lima menit itu mengandung lirik bersajak seperti penggalan berikut:

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti yang dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna

Dua kata yang jarang digunakan dalam penggalan lirik di atas adalah "setangkup" dan "selaksa".

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Kemendikbud, "setangkup" memiliki kata dasar "tangkup" yang berarti sama besar. Sementara "selaksa" berasal dari kata "laksa" yang berarti puluhan ribu, dalam lagu tersebut kata "selaksa" cenderung berarti sangat banyak.


Bukan hanya 'Yogyakarta', lagu Terpuruk Ku Di Sini dalam album Ungu (1994) juga senada. Lagu berdurasi empat menit lebih ini mengandung lirik sajak seperti penggalan berikut:

Mentari tersaput mega, enggan bersinar
Menusuk angin ke raga, jiwa gemetar
Terpuruk ku di sini, dipeluk bimbang sikapmu
Membeku dan sara... tak terkira

Begitu pula dengan penggalan berikut:

Terhempas bimbang sikapmu
Menggigil palung hati, dipelukan bimbang jawabmu
Terpuruk ku di sini, dihempas bimbang sikapmu
Membeku dan sara... tak terkira...

Dua kata dan frasa yang jarang digunakan dalam lagu adalah "tersaput" dan "menggigil palung hati". Kata "tersaput" menurut KBBI bermakna "tertutup".

Sementara itu, palung adalah jurang di dasar laut yang kemudian membuat frasa "menggigil palung hati" dapat diartikan merasa menggigil sampai hati yang paling dalam.

KLa Project mengaku bahwa Katon adalah 'dalang' di balik lirik-lirik band itu yang sastrawi.KLa Project mengaku bahwa Katon adalah 'dalang' di balik lirik-lirik band itu yang sastrawi. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)

Ketika CNNIndonesia.com mencoba menanyakan perihal perbendaharaan kata unik yang digunakan KLa Project dalam lirik-liriknya, Katon tampak amat antusias.

"Siapa lagi kalau bukan Katon, saya hanya membuat lima persen lagu dari 100 persen," kata Lilo sembari tersenyum. Adi menambahkan sembari tertawa, "Kalau saya nol, enggak pernah nulis lirik."

Katon menjawab,"Saya dari kecil senang sama puisi, dari Sekolah Dasar (SD) sudah belajar. Terlebih orang tua saya sering hadir di perayaan 17 Agustus, saya dapat deklamasi."

Katon mulai mengenal puisi dengan membaca karya-karya Chairil Anwar. Ia mendalami pengetahuan puisi dengan membaca karya pujangga lain, seperti Sutan Takdir Alisjahbana, Taufik Ismail, WS Rendra dan Kahlil Gibran.

Bagi Katon, puisi bukan sekadar kata-kata melainkan filosofi.


Ia putar otak untuk membuat lagu dengan lirik yang puitis yang enak dinyanyikan juga didengar. Lama kelamaan ia menemukan cara terbaik untuk melakukan hal itu, yaitu dengan membuat melodi terlebih dahulu, baru membuat lirik.

Hal ini dilakukan agar lirik tidak membatasi melodi.

"Ketika mendengar, pertama orang akan memahami lagu, setelah itu lebih menjiwai dengan memahami musik, yang terakhir adalah benar-benar membaca lirik. Jadi kekuatan lagu ada di setiap lapis," kata Katon.

Khusus untuk lagu bertemakan cinta, Katon tidak ingin membuat lirik yang tersurat, melainkan tersirat. Dalam lagu Menjemput Impian, tidak ada frasa 'aku cinta padamu' padahal lagu itu bercerita tentang ungkapan rasa cinta. Ia ingin pendengar menafsirkan sendiri lagu yang dibuat.

Begitu pula dengan lagu Terpuruk Ku Di Sini yang bercerita tentang patah hati. Tidak ada frasa 'patah hati' atau 'cinta tertolak' dalam lagu itu.

Chairil Anwar, salah satu sumber inspirasi Katon menulis lirik.Chairil Anwar, salah satu sumber inspirasi Katon menulis lirik. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni)

"Oh ternyata lagu itu tentang patah hati, gue baru tahu," kata Adi memotong penjelasan sembari mencondongkan badan ke arah Katon.

Katon melanjutkan, "Lagu ini terinspirasi dari curahan hati teman saya. Saya enggak pernah ditolak."

"Ya kalau pengalaman pribadi enggan mungkin ngaku," seloroh Adi yang disusul gelak tawa.

Bukan hanya lagu cinta, Katon menulis lagu tentang perjalanan dan kehidupan berdasarkan curahan hati teman-teman dekatnya. Lagu yang terinspirasi dari kehidupan pribadi ia sebut hanya 10 dari 100 persen total lagu KLa Project.

Gaya Katon menulis juga diakuinya dipengaruhi Ebiet G Ade. Menurut Katon, musisi senior yang memainkan musik dengan gitar itu memiliki lirik puitis yang sangat bagus. Ia tahu bahwa Ebiet membuat lagu dengan menulis lirik lebih dulu kemudian dinyanyikan dengan gitar bergaya balada.

[Gambas:Youtube]

KLa Project menjadikan pembuatan lirik yang baik sebagai tantangan. Mereka ingin membuat lagu dengan lirik sebagus Ebiet dan membuat musik sebagus Fariz RM yang juga merupakan salah satu inspirasi KLa Project. Akhirnya mereka berhasil dan memiliki lagu favorit masing-masing.

"Saya paling suka lagu Bunga Tidur, terdapat dalam album KLasik (1999)," kata Katon.

"Kalau favorit saya Terpuruk Ku Di Sini, karena drum lagu itu dibuat monoton tapi membangun musik yang kaya. Luar biasa capek waktu bikin album Ungu yang membuat lagu itu. Selesai bikin album, saya masuk rumah sakit," kata Lilo mengenang.

"Favorit saya ganti-ganti, sekarang lagi suka Lepaskan. Lagu itu enggak pernah dibawakan saat manggung dan enggak pernah dipilih sebagai hit sama produser," kata Adi.


Sampul Album

Keunikan lainnya adalah soal sampul album KLa Project di era lawas yang jarang berbentuk foto profil. KLa Project mengisahkan mereka menolak menampilkan foto profil di album perdana ketika diminta produser.

Mereka mengakui tidak ingin sama dengan band pada masa itu yang selalu menampilkan foto profil. Alhasil mereka membuat desain sendiri.

"Saya yang kasih ide kover album pertama, gambar radio tua yang dijatuhkan sehingga rusak. Maksud sombong dari gambar itu adalah, ini lho ada kami yang baru. Semua harus punya pesan," kata Lilo.

Adi menambahkan, "Saya buat desain kover album itu, saat itu masih jadi mahasiswa tingkat dua di Universitas Trisakti yang sok tahu. Minta tolong dosen bagaimana buat kover, semua dibuat pakai tangan, cat dan lain-lain setelah itu dijadikan negatif."

Untuk kover album-album berikutnya, KLa Project mempercayakan pada teman Adi yang sempat membantu membuat sampul untuk album perdana. Mereka yakin teman Adi sudah memahami gaya dan selera yang KLa Project inginkan.

"Kover album dengan desain sampai album ketujuh. Setelah itu kami sudah pakai foto," kata Lilo.

[Gambas:Youtube]

Adi menjelaskan musisi zaman itu lebih memprioritaskan produksi album, bukan single. Setelah album rilis, baru musisi memilih single bersama produser.

Tidak seperti sekarang, banyak musisi yang lebih memprioritaskan produksi single dibandingkan album.

"Dengan begitu kami perlakuan semua lagu sama, seistimewa mungkin dan semaksimal mungkin. Saat membuat lagu, buat kami kan enggak tahu mana yang akan hits," kata Adi.

Katon menambahkan, "Itu benar, Tentang Kita dan Yogyakarta enggak akan jadi hits kalau kami enggak perlakukan dua lagu itu sebagai album. Lagu Terpuruk Ku Di Sini juga begitu." (end)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2SdQIA4
November 25, 2018 at 10:10PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2SdQIA4
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment