Tuesday, November 27, 2018

Rupiah Terpuruk ke Rp14.515 per Dolar AS

Jakarta, CNN Indonesia -- Nilai tukar rupiah berada di posisi Rp14.515 per dolar AS pada perdagangan pasar spot sore ini, Selasa (27/11). Posisi ini melemah 40 poin atau 0,28 persen dari kemarin sore, Senin (26/11) di Rp14.475 per dolar AS.

Sementara, kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.504 per dolar AS atau menguat dari kemarin di Rp14.551 per dolar AS.

Di kawasan Asia, pelemahan rupiah menjadi yang terburuk kedua setelah peso Filipina yang melemah 0,3 persen. Selanjutnya, renminbi China turut mengekor dengan minus 0,11 persen, ringgit Malaysia minus 0,09 persen, won Korea Selatan minus 0,04 persen, yen Jepang minus 0,03 persen, dolar Hong Kong minus 0,02 persen, dan dolar Singapura minus 0,01 persen.


Hanya baht Thailand dan rupee India yang tetap bertahan di zona hijau, masing-masing menguat 0,04 persen dan 0,06 persen.

Begitu pula dengan mata uang utama negara maju yang berbalik arah ke zona merah. Poundsterling Inggris melemah 0,4 persen, franc Swiss minus 0,12 persen, dolar Kanada minus 0,08 persen, dan euro Eropa minus 0,07 persen. Namun, rubel Rusia dan dolar Australia tetap berhasil menguat dari dolar AS, masing-masing 0,68 persen dan 0,16 persen.

Analis Monex Investindo Dini Nurhadi Yasyi mengatakan pelemahan rupiah dan sejumlah mata uang hari ini dipengaruhi oleh pertemuan forum negara-negara G20. Pasalnya, sampai pertemuan G20 diperkirakan tidak ada tanda-tanda perdamaian dari AS dan China yang terlibat ketegangan perdagangan.


Justru, sambungnya, Presiden AS Donald Trump terlihat siap mengerek kembali tarif bea masuk impor bagi produk-produk dari Negeri Tirai Bambu. Trump memberi sinyal akan mengerek lagi tarif impor dari 10 persen menjadi 25 persen.

"Hal ini membuat permintaan terhadap dolar AS sebagai mata uang safe haven kembali meningkat lagi," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, Selasa (27/11).

Selain itu, sentimen internal dari Negeri Paman Sam kembali hadir, yaitu rapat bulanan bank sentral AS, The Federal Reserve pada minggu depan. Menurutnya, prospek kenaikan bunga acuan The Fed pada bulan depan masih bias, namun masih ada kepercayaan dari pasar bahwa The Fed akan tetap melancarkan rencananya untuk kembali mengerek bunga acuan.


Sementara sentimen dari Eropa yang kemarin sempat menguntungkan rupiah sudah sirna seketika. Sentimen itu berupa persetujuan Uni Eropa terhadap proposal keluarnya Inggris dari zona Eropa (Britania Exit/Brexit) dan peninjauan kembali batas defisit anggaran Italia.

Ia bilang sentimen ini pudar karena Trump baru saja mengomentari langkah Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Trump melihat hal ini justru bisa membahayakan hubungan perdagangan AS dengan Inggris. "Hal ini langsung di-respons negatif, sehingga poundsterling Inggris melemah cukup dalam," terang dia.

Sayangnya, dari dalam negeri, sentimen positif berupa kenaikan imbas hasil (yiedl) surat utang pemerintah justru tak berhasil menggerakkan mata uang Garuda. "Padahal, ini artinya demand (permintaan) terhadap obligasi Indonesia sebenarnya tinggi lagi dan bisa positif bagi arus modal asing," jelasnya.


Untuk hari esok, Dini memperkirakan rupiah bergerak di rentang Rp14.350-14.640 per dolar AS dengan kecenderungan masih melemah karena minim sentimen positif baru.

(uli/bir)

Let's block ads! (Why?)


https://ift.tt/2r7Ppas
November 27, 2018 at 11:46PM from CNN Indonesia https://ift.tt/2r7Ppas
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment