Karenanya, ia mengaku tak bisa memaksa Pertamina untuk menekan harga avtur di dalam negeri. "Avtur kan hitungan bisnis, jadi kita tidak bisa merombak atau menekan harga Pertamina harus (menurunkan harga). Kan Pertamina, harus menghitung secara biaya dia," ujarnya di Hotel Grand Hyatt Jakarta, Rabu (16/1).
Kendati demikian, Rini berjanji Kementerian BUMN tidak akan lepas tangan jika tarif tiket pesawat melonjak. Saat ini, institusi pimpinannya tengah berkoordinasi dengan PT Angkasa Pura I (Persero) dan PT Angkasa Pura II (Persero) untuk menurunkan biaya pendaratan (landing fee) maskapai di bandara.
"Landing fee sudah kami hitung. Mungkin, bisa diturunkan sedikit," jelasnya singkat.
Secara terpisah, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menuturkan tingginya harga avtur di bandara domestik terjadi karena tingginya biaya distribusi dan infrastruktur yang terbatas.
"Di Indonesia kan ada lokasi yang sangat terpencil. Kami juga ada subsidi silang. Singapura kan sangat mudah di Changi," ujar Nicke.
Ke depan, Pertamina sudah berencana untuk memperbaiki infrastruktur, sehingga bisa menekan biaya distribusi. Namun, untuk saat ini, harga avtur masih akan mengikuti pergerakan harga minyak Mean of Plats Singapore (MOPS).
"Ketika harga minyak dunia turun, harga avtur akan turun," katanya.
Sebelumnya, Indonesia National Air Carrier Association (INACA) menyatakan Pertamina membanderol harga avtur lebih mahal 10 persen untuk pengisian di dalam negeri dibandingkan jika mengisi di luar negeri. Padahal, komponen biaya avtur porsinya berkisar 40 hingga 45 persen dari total biaya operasional maskapai.
"Pertamina kalau di luar negeri itu memberikan harga lebih murah sekitar dua persen dibandingkan dengan pesaingnya ke maskapai nasional. Jadi, perbedaan harganya dengan di Indonesia bisa sampai 16 persen," tandas Ketua Umum INACA Askhara Danadiputra.
(sfr/bir)
http://bit.ly/2RvDfYn
January 17, 2019 at 03:22AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2RvDfYn
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment