Wednesday, January 16, 2019

Harga Makanan dan Minuman Naik di atas 5 Persen

Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) mengungkapkan pelaku usaha mulai menaikkan harga sekitar 5 persen sampai kurang dari 10 persen. Kenaikan mulai diterapkan pada awal bulan ini sebagai konsekuensi atas depresiasi rupiah terhadap dolar AS di sepanjang tahun lalu.

Wakil Ketua Umum GAPMMI Rahmat Hidayat mengatakan saat ini sebagian besar bahan baku industri makanan dan minuman berasal dari impor. Karenanya, pembayaran banyak dilakukan dalam bentuk dolar AS.

Secara rinci, 70 persen dari bahan baku industri makanan masih didatangkan dari luar negeri, seperti gula dan garam industri hingga tepung terigu. "Kalau dicek di gerai ritel, sebenarnya sudah ada penyesuaian harga di bulan ini dengan kisaran 5 persen hingga kurang dari 10 persen kira-kira. Ini rerata untuk seluruh produk makanan dan minuman," ujarnya, Rabu (16/1).


Menurut Rahmat, kenaikan harga relatif aman. Pengusaha tentu akan mengerek harga jualnya dengan angka yang tidak terpaut jauh dari inflasi. Sekadar informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat inflasi sepanjang tahun lalu tercatat 3,13 persen.

Bahkan, tingkat kenaikan harga ini juga masih di dalam rentang depresiasi nilai tukar rupiah sepanjang tahun lalu. Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar rate (JISDOR), nilai tukar rupiah terdepresiasi 6,93 persen sepanjang 2018.

"Kami selalu manage (atur) kenaikan harga kami, harus jangan terlalu jauh dengan inflasi," terang dia.


Pun begitu, ia memperkirakan harga produk makanan dan minuman tahun ini tidak akan naik kembali. Sebab, mengutip perkiraan beberapa ekonom, rupiah diproyeksi tidak akan bergejolak tajam. Ini lantaran bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed diramal tak akan terlalu agresif dalam melakukan kebijakan moneter di tahun ini.

Makanya, ia optimistis pertumbuhan penjualan industri makanan dan minuman bisa kembali di atas 10 persen. Apalagi, momen insidentil, seperti pemilihan umum dan pemilihan presiden secara serentak bakal meningkatkan permintaan produk industri makanan dan minuman.

Hanya saja, permintaan makanan dan minuman mungkin akan sedikit tertantang karena pola konsumsi masyarakat mulai berubah. Ia bilang konsumen mulai sadar dengan aspek kesehatan, sehingga mengurangi konsumsi produk industri makanan dan minuman.


Namun, pelaku usaha juga harus memutar otak untuk menyediakan produk yang lebih mengedepankan aspek kesehatan. "Tentu saja pertumbuhan ini harus didukung dengan iklim kebijakan yang baik. Tetapi, memang Indonesia masih punya tantangan dari segi logistik, sehingga mungkin ada beberapa daerah yang lebih murah mendatangkan produk makanan dan minuman secara impor," tandas dia.

Berdasarkan data BPS, industri makanan dan minuman pada kuartal III 2018 tercatat bertumbuh 8,10 persen secara tahunan. Angka ini kian melemah dibanding kuartal III 2017 sebesar 8,92 persen.

(glh/bir)

Let's block ads! (Why?)


http://bit.ly/2FBVJ28
January 17, 2019 at 02:51AM from CNN Indonesia http://bit.ly/2FBVJ28
via IFTTT
Share:

0 Comments:

Post a Comment