
Dilansir dari Reuters, kejadian ini menjadi salah satu pelanggaran data paling luas yang terjadi di Jerman. Para analis teknologi melihat data yang terpublikasi di online berasal dari kesalahan penggunaan informasi login untuk layanan cloud, akun email dan jejaring sosial.
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengungkapkan hal tersebut tak lama setelah kejadian kebocoran data terjadi di internet. Seehofer juga mengatakan tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa sistem komputer pemerintah Jerman telah 'dikompromikan'.
Seperti dikutip dari Reuters, salah satu sumber pemerintah pihak berwenang sedang menyelidiki semua kemungkinan, termasuk spionase. Pasalnya, tidak mungkin ada satu orang yang dapat mengumpulkan data dalam jumlah besar yang telah dirilis.
Lembaga penyiaran publik rbb yang pertama kali membocorkan 'kebobolan' data ini mengungkapkan bahwa data para pejabat ini telah diterbitkan di akun Twitter, termasuk alamat, surat pribadi dan salinan kartu identitas.
Media Jerman mengatakan nomor faks dan dua alamat email yang digunakan Merkel telah dipublikasikan tetapi pemerintah mengatakan tampaknya tidak ada bahan sensitif dari kantornya yang dirilis.
Bahan yang diretas termasuk obrolan pribadi Robert Habeck dengan anggota keluarga dan kartu identitas anak-anaknya.
Surat kabar Die Welt melaporkan pada Jumat malam bahwa daftar yang diterbitkan termasuk nama 410 anggota konservatif Merkel, 230 Partai Sosial Demokrat Jerman, 106 anggota Partai Hijau, 91 anggota Partai Kiri Radikal dan 28 anggota Free Democratic Party (FDP). (age/age)
http://bit.ly/2RdH0Se
January 06, 2019 at 11:43PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2RdH0Se
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment