
Perdana Menteri Shinzo Abe mengatakan kenaikan pajak penjualan tetap akan dilakukan karena bertujuan memastikan kesejahteraan sosial masyarakat Jepang ke depan. Untuk itu, pemerintah ingin mengambil langkah tersebut guna meningkatkan restribusi yang lebih tinggi.
Selain itu, kenaikan pajak penjualan sejatinya sudah dua kali ditunda oleh pemerintah sejak terakhir kali dinaikkan pada 2014 silam. Terakhir kali, pemerintah Jepang menaikkan pajak penjualan dari 5 persen menjadi 8 persen.
Abe mengungkapkan pemerintah Jepang akan terus mencermati perkembangan ekonomi global yang sudah diproyeksi banyak pihak akan mengalami perlambatan.
Perlambatan itu ditandai dengan melemahnya permintaan global dan kenaikan tajam nilai tukar mata uang yen Jepang yang justru mengaburkan prospek ekonomi yang bergantung pada ekspor.
Hal ini, katanya, menjadi pertimbangan bagi pengambil kebijakan di Tokyo atas dampak buruk dari gejolak pasar yang terpengaruh sentimen pertumbuhan.
Di sisi lain, ia juga mengungkapkan Jepang juga akan terus berusaha menengahi ketegangan hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Caranya, dengan meningkatkan koordinasi global dalam forum G20.
"Sebagai Ketua G20, Jepang berharap dapat memainkan peran untuk kerja sama global, untuk mencapai pertumbuhan yang stabil, dan berkelanjutan," pungkasnya.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini akan berada di kisaran 3,7 persen. Perkiraan ini turun dari outlook sebelumnya sebesar 3,9 persen.
Menurut IMF, penurunan ekonomi merupakan dampak dari ketegangan kebijakan perdagangan dan pengenaan tarif impor antara AS-China. Selain itu karena negara berkembang tengah berjuang dengan kondisi keuangan dan arus modal keluar yang lebih ketat. (uli/age)
http://bit.ly/2GU8NSQ
January 06, 2019 at 07:47PM from CNN Indonesia http://bit.ly/2GU8NSQ
via IFTTT
0 Comments:
Post a Comment